Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Azis Husaini
"Apabila nafsu untuk menaikkan produksi dapat dikontrol dengan perencanaan jangka panjang maka harga batubara masih akan bertahan pada rentang yang saya sebutkan. Paling tidak sampai akhir tahun ini," ungkapnya.
Sementara menurut Hendra, saat ini pelaku usaha tengah mencermati kondisi pasar batubara aglobal khususnya China. Pada kuartal III ini, kata Hendra, pelaku usaha berupaya untuk memaksimalkan produksi dan penjualan, lantaran khawatir pada kuartal IV nanti China akan mengetatkan impor batubara.
Baca Juga: Pasokan listrik belum stabil, PLN masih akan melakukan pemadaman bergilir
"Sebagian pelaku mengantisipasi kalau ada penurunan impor di China pada akhir kuartal IV seperti yang terjadi pada tahun lalu," kata Hendra.
Di sisi lain, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono meyakinkan bahwa penambahan kuota produksi dalam revisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) juga akan mempertimbangkan kondisi pasar. Termasuk pasokan dan harga batubara
"Kita pertimbangkan volume produksi nasional, harga juga termasuk," ungkapnya pekan lalu.
Bambang bilang, ada lebih dari 34 perusahaan izin pemerintah pusat yang sudah mengajukan penambahan kuota produksi pada revisi RKAB tersebut.
Namun, pengajuan tersebut belum tentu disetujui karena pihaknya akan melakukan evaluasi pada sejumlah aspek, seperti pemenuhan kewajiban pasokan dalam negeri, kewajiban lingkungan, pembayaran royalty dan pemenuhan kewajiban lainnya.
Baca Juga: Beban selisih kurs bikin Darma Henwa (DEWA) rugi US$ 1,58 juta
Selain itu, Bambang pun mengatakan bahwa produksi tahun ini tidak akan sebesar realisasi tahun lau yang mencapai 557 juta ton. Hal itu lantaran pada tahun lalu ada kebijakan Presiden RI untuk menggenjot ekspor batubara demi memperbaiki defisit neraca perdagangan.
"Itu kan tahun lalu, sekarang nggak ada, jadi di bawah itu. Kita masih evaluasi," tandas Bambang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News