kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Selain Freeport, ini smelter tembaga yang sudah dan akan dibangun di Indonesia


Kamis, 15 Oktober 2020 / 10:23 WIB
Selain Freeport, ini smelter tembaga yang sudah dan akan dibangun di Indonesia


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Freeport Indonesia (PTFI) bukan satu-satunya perusahaan yang sudah memiliki smelter tembaga di Indonesia. Tercatat, ada dua smelter tembaga yang sudah beroperasi di Indonesia.

Pertama, PT Smelting. Smelter tembaga yang berlokasi di Gresik ini merupakan bagian dari pelaksanaan kewajiban PTFI untuk mendirikan smelter sesuai dengan Kontrak Karya (KK). 

Smelter yang mulai didirikan sejak tahun 1996 dan mulai produksi komersial pada 5 Mei 1999, ini memiliki kapasitas input 1.000.000 juta ton konsentrat tembaga dan memproduksi 300.000 katoda tembaga.

PTFI memiliki 25% saham di PT Smelting, yang mayoritas sahamnya dipegang oleh Mitsubishi Materials Corp. sebesar 60,5%.

Baca Juga: Bukan Antam ataupun INCO, ini penguasa terbesar pangsa pasar nikel nasional

Kedua, smelter tembaga yang beroperasi di Maluku, yakni PT Batutua Tembaga Raya. Smelter yang beroperasi pada 2014 tersebut memiliki kapasitas input bijih oksida sebanyak 1.400.000 ton, dan memproduksi 25.000 ton katoda.

Staff khusus Menteri ESDM bidang Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arief membeberkan, pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP), IUP Khusus (IUPK) dan Kontrak Karya (KK) tembaga tercatat ada 24 perusahaan. Sedangkan pemegang IUP eksplorasi tembaga berjumlah delapan perusahaan.

Namun, hanya ada tiga perusahaan tambang yang memasok ke dua smelter tembaga tersebut. Yakni PT Freeport Indonesia, PT Amman Mineral, dan PT Batutua Kharisma Permai. 

Lebih lanjut, Irwandy bilang, banyak perusahaan tambang tembaga yang tidak bisa bertahan, ditambah lagi tidak memiliki kemampuan untuk membangun smelter. 

"Dari hulu ke hilir kita tidak bisa berdiri sendiri. Padahal ada 8 IUP eksplorasi, 24 yang produksi, tapi nggak jalan. Mereka juga nggak mampu bangun smelter," jelas Irwandy dalam webinar yang digelar Rabu (14/10).

Dengan adanya smelter-smelter tembaga yang baru, diharapkan akan menghidupkan kembali perusahaan-perusahaan tambang tembaga untuk memasok kebutuhan smelter baru tersebut. 

Saat ini, ada dua proyek smelter tembaga besar yang sedang berjalan. Pertama, smelter tembaga PTFI. Proyek yang berlokasi di JIIPE Gresik, Jawa Timur tersebut rencananya memiliki kapasitas 2 juta ton konsentrat tembaga per tahun. Tapi hingga September, progresnya baru mencapai 5,86%.

Baca Juga: Freeport Memilih Jalan Tengah yang Terjal di Masa Pandemi

Kedua, proyek smelter milik PT Amman Mineral Nusa Tenggara. Smelter AMNT yang berlokasi di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) direncanakan memiliki kapasitas input sebesar 1 juta ton per tahun dan dapat ditingkatkan hingga 1,6 juta atau 2 juta ton per tahun.

Merujuk paparan Irwandy, ada juga proyek Wetar/Morowali AIM yang punyai oleh PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). Pada Februari 2020, MDKA sudah menandatangani MoU dengan Eternal Tsingshan Group untuk membentuk perusahaan patungan (JV) yang akan mengembangkan pabrik untuk mengolah bijih dari tambang Wetar milik perusahaan.

Selanjutnya, berdasarkan paparan dari Kementerian Perindustrian, ada juga proyek smelter tembaga di Kalimantan Tengah. Proyek milik PT Kalimantan Surya Kencana itu sedang dalam tahap Feasibility Study (FS).

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono menekankan, ketahanan sumber daya dan cadangan tembaga di Indonesia harus diperkuat. Dalam data yang dipaparkan, meski berada di posisi tujuh negara yang memiliki cadangan tembaga terbesar di dunia, namun cadangan tembaga Indonesia hanya sekitar 3% dari total cadangan tembaga di dunia.

Baca Juga: Dukung hilirisasi, Menperin dorong pengembangan smelter Freeport di JIIPE Gresik

Per Juli 2020, total sumber daya bijih tembaga Indonesia sebesar 15,08 miliar ton sedangkan sumber daya logam sebesar 48,98 juta ton. Adapun, total cadangan bijih tembaga sebesar 2,63 miliar ton dan cadangan logam nya sebesar  23,79 juta ton.

"Ketahanan sumber daya dan cadangan harus diperkuat, baik untuk sumber daya menjadi cadangan, maupun untuk recovery di green area," pungkas Eko.

Selanjutnya: Smelter merugikan, Bos Freeport: PT Smelting saja baru beri deviden setelah 20 tahun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×