Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Wacana pembentukan holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) panas bumi yang beranggotakan PT Pertamina Geothermal Energy (PGEO), PT Geo Dipa Energi, dan PT PLN Gas & Geothermal belum berlanjut lagi.
Rencana penggabungan BUMN panas bumi ini sejatinya sudah bergulir lama, setidaknya sejak tahun 2021 lalu. Hanya saja, realisasinya sempat mundur.
Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), Djoko Siswanto menjelaskan, rencana penggabungan BUMN panas bumi sejauh ini belum berjalan lagi.
“DEN yang penting geothermal ini jalan, mau itu (perusahaan BUMN) digabung atau tidak, jadi yang penting jalan dan mana yang terbaik saja,” ujarnya di kantor DEN, Rabu (17/1).
Baca Juga: Menteri ESDM Bahas Pengembangan Mineral Kritis Hingga Transisi Energi di Jepang
Hal yang sama juga diutarakan Direktur Panas Bumi Kementerian ESDM, Harris Yahya bahwa sudah lama rencana pembentukan holding BUMN Panas Bumi tidak dibicarakan lagi.
“Kalau dulu pembahasannya karena diharapkan bisa selesai sebelum PGE IPO (Initial Public Offering). Supaya besar BUMN di IPO-kan. Tetapi kan perkembangannya tidak berjalan dengan baik karena menyatukan tiga pihak ini ada unsur bisnis,” ujarnya ditemui di Gedung Ditjen Ketenagalistrikan, Kamis (18/1).
Buntut urusan bisnis yang belum selesai ini, pembentukan holding BUMN panas bumi menjadi mandek, dan Pertamina Geothermal Energy (PGE) memilih lebih fokus pada aksi korporasi IPO-nya.
Lantas setelah IPO, rencana penggabungan perusahaan BUMN panas bumi pun belum kembali berlanjut.
Dirinya melihat, sebenarnya ketiga entitas bisnis tersebut bisa saling berkompetisi untuk mencapai target yang ingin dicapai.
“Jadi dengan upaya masing-masing bisa menjalankan bisnisnya. Misalnya PGE kerja sama dengan badan usaha lain tergantung aset yang dimiliki, begitu juga Geo Dipa dan PLN,” terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News