Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
Yang pasti, Pertamina akan terus fokus pada pengembangan sektor hulu yang menjadi poin krusial dalam mendongkrak produksi minyak secara nasional. "60% nilai investasi kami di tiap tahun ditujukan untuk sektor hulu," ujar Nicke.
Ia juga menyebut, Pertamina terus mengkaji potensi akuisisi blok minyak di luar negeri untuk membantu peningkatan produksi.
Di luar itu, Nicke yakin target lifting minyak 1 juta bph bukan tidak mungkin terealisasi lebih cepat yakni sekitar tahun 2026. Pasalnya, pada saat itu beberapa kilang baru Pertamina diperkirakan sudah mulai beroperasi.
Meski tidak merinci perkembangan proyek kilang, Nicke memastikan keberadaan kilang baru Pertamina tidak akan mubazir di tengah transisi energi fosil menuju energi baru terbarukan (EBT).
Baca Juga: Pertamina: Kunci penurunan harga gas industri ada di sektor hulu
Ia menilai, kebutuhan minyak di dunia masih akan sangat besar di masa mendatang terlepas dari adanya EBT. "Meski permintaan berpotensi turun, 2025 porsi fuel kemungkinan masih 21%. Sekarang saja kita masih impor," ungkap dia.
Selain itu, kilang baru Pertamina tak melulu bertujuan untuk mengolah minyak mentah saja, melainkan juga terintegrasi dengan industri pengolahan petrokimia. Selama ini, mayoritas bahan baku petrokimia masih diimpor dari luar negeri.
Nicke pun melihat pasar petrokimia di Indonesia masih cukup besar, sehingga kilang baru Pertamina diharapkan bisa menjadi nilai tambah bagi perkembangan industri tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News