kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Stok menumpuk, permintaan kaleng sarden anjlok dalam beberapa bulan terakhir


Rabu, 04 November 2020 / 18:30 WIB
Stok menumpuk, permintaan kaleng sarden anjlok dalam beberapa bulan terakhir
ILUSTRASI. Permintaan kaleng sarden mulai mengalami penurunan, akibat melemahnya permintaan sarden.


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan kaleng sarden mulai mengalami penurunan, akibat melemahnya permintaan akan produk sarden itu sendiri. Arif Junaidi, COO PT Ancol Terang Metal Printing mengatakan saat pertengahan tahun hingga Agustus 2020 lalu, permintaan kaleng sarden sempat meningkat tajam.

Tampaknya hal tersebut disokong oleh kebijakan bantuan sosial (bansos) oleh pemerintah, yang mana produk sarden masuk dalam paket bantuan itu. Dengan meningkatnya permintaan sarden yang berefek kepada larisnya kaleng, Ancol Terang pun menambah utilisasi mesin.

"Semula kami punya kapasitas 12 juta kaleng sarden ukuran 155 gram selama sebulan, karena permintaan naik kami tambah menjadi 20 juta kaleng per bulan," terang Arif kepada Kontan.co.id, Rabu (4/11).

Namun memasuki bulan September pelanggan Ancol Terang yang semula ramai mengorder tiba-tiba menunda pembelian.

Baca Juga: IISIA: Keterbatasan bahan baku kemasan kaleng disiasati dengan pengiriman bertahap

Tim Ancol Terang sudah mencoba menelusuri ke beberapa pabrik pengalengan ikan dan menemukan stok produk mereka memang menumpuk. Hal ini menyebabkan Ancol Terang bertanya-tanya, apakah ada pengurangan bansos atau memang dikarenakan masalah pada harga bahan baku ikan.

Imbas dari turunnya permintaan menyebabkan Ancol Terang mengurangi utilisasi produksi kaleng sarden hingga 80%. Praktis untuk kaleng sarden Ancol Terang masih melayani pemesanan dari perusahaan besar seperti produk Sarden ABC.

Secara umum, menurut Arif, bisnis kaleng memang terdampak pandemi Covid-19. Sehingga sulit untuk memprediksi capaian tahun ini. Yang pasti, Ancol Terang masih tetap bertahan dan meminimalisir kerugian dengan efisiensi di berbagai lini.

Turunnya permintaan kaleng sarden berdampak kepada produsen bahan baku kaleng yakni tinplate, PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL). Meski demikian Ancol Terang masih dapat mengantisipasinya seiring dengan tren segmen pasar tinplate lain yang masih tumbuh.

Menurut Herman Arifin, Head of Marketing NIKL secara keseluruhan kebutuhan tinplate nasional biasanya diisi sekitar 10% untuk kebutuhan kaleng sarden. Memang di saat pandemi awal ada peningkatan hingga 30% dari sisi permintaan tinplate untuk kaleng sarden.

"Memang kami tertolong dengan meningkat sarden ini. Karena kalau tinplate disisi lain kemarin ada yang drop, kayak kaleng cat dan otomotif menurun," sebut Herman kepada Kontan, Rabu (4/11). Namun memasuki bulan September hingga November ini permintaan tinplate untuk kaleng sarden melemah.

Di satu sisi, segmen yang sempat drop kemarin yakni otomotif dan kaleng makanan ringan mulai bergerak, hingga penyerapannya impas dan cenderung stagnan. NIKL sendiri memprediksi market tinplate tahun ini sulit bertumbuh lantaran lemahnya demand untuk bahan baku kaleng ini.

Sekadar informasi, PT Pelat Timah Nusantara Tbk hanya punya kapasitas produksi 150.000 ton per tahun, sementara kebutuhan industri dalam negeri mencapai 250.000 ton per tahunnya. Hal ini menyebabkan sisa kebutuhan tinplate masih harus diperoleh dari impor.

Selanjutnya: Asosisasi industri baja apresiasi upaya Kemenperin perbanyak SNI wajib

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×