kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Strategi Indika Energy (INDY) Tingkatkan Bisnis Non Batubara


Jumat, 04 Maret 2022 / 06:45 WIB
Strategi Indika Energy (INDY) Tingkatkan Bisnis Non Batubara


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Upaya PT Indika Energy Tbk (INDY) untuk memperbesar porsi lini usaha non batubara dalam bisnisnya masih berlanjut. Kemarin, pada 18 Februari 2022 lalu, ikhtiar tersebut diwujudkan dengan penandatanganan Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat (PJBB) dengan PT Caraka Reksa Optima. Perjanjian tersebut efektif di tanggal 25 Februari 2022.

Dengan PJBB tersebut, INDY bermaksud untuk menjual seluruh 704.014.200 lembar saham yang mewakili 69,80% kepemilikan saham di PT Petrosea Tbk (PTRO) kepada Caraka Reksa Optima dengan perkiraan nilai penjualan US$ 146,58 juta. 

Transaksi ini menambah daftar agenda divestasi INDY setelah sebelumnya melepas  892,51 juta lembar atau setara 51% saham PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS) kepada PT Galley Adhika Arnawama (GAA) Oktober 2021 silam.

Baca Juga: Lepas PTRO, INDY Akan Fokus di Energi Baru dan Terbarukan

Head of Corporate Communications INDY, Ricky Fernando mengatakan, aksi divestasi INDY merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk menyelaraskan kembali portofolio bisnisnya dan memperbesar porsi pendapatan dari sektor non batubara dalam bisnis perusahaan.

“(Langkah divestasi)  untuk mencapai target 50% pendapatan dari sektor non-batubara pada tahun 2025 dan menjadi perusahaan netral karbon pada tahun 2050,” terang Ricky kepada Kontan.co.id (2/3).

Ikhtiar INDY dalam melakukan agenda diversifikasi bisnisnya juga tercermin dari alokasi peruntukan anggaran belanja modal atawa capitall expenditure (capex) perusahaan.

Tahun ini, INDY mengalokasikan sebagian besar capexnya untuk anak-anak usaha non sektor batubaranya, yakni  Masmindo Dwi Area pada sektor pertambangan emas, Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS) pada sektor energi surya, dan Electra Mobilitas Indonesia (EMI) di sektor kendaraan listrik dan ekosistemnya.

Baca Juga: Divestasi Petrosea (PTRO), Indika (INDY) Kali Ini Cuan Gede Dibanding Saat Jual MBSS

Sebelumnya, INDY sempat mencanangkan capex sebesar US$ 193 juta tahun ini. Namun, saat ini INDY masih melakukan diskusi internal untuk membahas anggaran capex perusahaan pasca divestasi saham PTRO.

Catatan saja, INDY memang sudah menyiapkan agenda pengembangan usaha di ketiga anak usaha tersebut. Di Masmindo, INDY berencana terus melanjutkan pengembangan proyek tambang emas, termasuk melakukan Front end engineering design (FEED). 

Dalam rencana INDY, rekayasa, pengadaan, dan konstruksi alias Engineering, Procurement, Construction & Commissioning (EPCC) untuk proyek tambang Masmindo bisa dimulai tahun ini. Targetnya, proyek tambang Masmindo bisa mulai berproduksi di tahun 2024.

Pada sektor energi surya, INDY melalui EMITS telah melakukan kesepakatan dengan beberapa perusahaan besar nasional untuk membangun solar PV. Sebelumnya EMITS juga telah menandatangani kemitraan dengan untuk mengembangkan green port atau pelabuhan berkelanjutan di Pelabuhan Sabang, Aceh, dan Pelabuhan Krakatau International di Banten.

Sementara itu, pada sektor sektor kendaraan listrik dan ekosistemnya, INDY melalui EMI telah menandatangani nota kesepahaman kerja sama pengembangan ekosistem energi baru berkelanjutan di Indonesia bersama perusahaan nasional dan global lainnya pada Januari lalu.

Kerja sama tersebut meliputi investasi di industri kendaraan listrik dan ekosistemnya. Pada tahapan berikutnya, para mitra akan melakukan studi lanjutan untuk menentukan skema kolaborasi dan rencana pengembangan.

Dalam rencana INDY, EMI akan mengembangkan ekosistem kendaraan listrik, khususnya roda dua, secara komprehensif dari hulu hingga ke hilir. Hal ini mencakup pengembangan industri penunjang electric vehicle (EV) seperti baterai listrik, battery exchange atau swap station. 

Baca Juga: Indika Energy (INDY) Akan Melepas Seluruh Kepemilikan di Petrosea (PTRO)

“EMI akan mulai membangun pabrik perakitannya di Indonesia dan akan memberdayakan supplier lokal untuk memasok komponen. Salah satu obyektif EMI adalah untuk melokalisasi produksi sepeda motor listrik ini dan memberdayakan supplier dan tenaga kerja lokal,” terang Ricky.

Ricky belum mengonfirmasi lebih lanjut, apakah INDY selanjutnya masih ada rencana melepas anak usaha lagi. Yang terang, Ricky menegaskan bahwa INDY akan selalu mengeksplor dan melakukan penyelarasan sesuai dengan perkembangan yang terjadi. 

Di samping pengembangan bisnisnya di sektor non batubara, INDY juga masih memoles bisnis batubaranya. Tahun ini, INDY secara konsolidasi mengincar target produksi batubara sekitar 35,8 juta ton. Sebanyak 34 juta ton di antaranya berasal dari target produksi PT Kideco Jaya Agung (Kideco), sedang 1,8 juta ton sisanya akan diperoleh dari target produksi  Multi Tambangjaya Utama (MUTU).

“Target kami adalah mencapai target produksi batubara dan semakin mengembangkan proyek-proyek diversifikasi termasuk di bidang pertambangan emas, solusi berbasis alam, energi baru dan terbarukan, serta kendaraan listrik dan ekosistemnya,” tutur Ricky.

Sepanjang Januari-September 2021 lalu, INDY membukukan pendapatan US$ 2,15 miliar, naik 43,31% dibanding realisasi pendapatan Januari-September 2020 yang sebesar US$  1,50 miliar.

Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham dari BRI Danareksa Sekuritas untuk Hari Ini (14/2)

Sebanyak US$ 1,77 miliar atau setara 82,45% dari pendapatan konsolidasi INDY di Januari-September 2021 berasal dari penjualan batubara, sedang sisanya berasal dari pendapatan kontrak dan jasa serta perdagangan lainnya.

Setelah pendapatan dikurangi berbagai  pengeluaran, INDY membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias rugi bersih sebesar US$ 5,95 juta di Januari-September 2021. Jumlah tersebut  menyusut 88,66% bila dibandingkan dengan rugi bersih INDY periode Januari-September 2020 yang mencapai US$ 52,50 juta.

Saat tulisan ini dibuat, INDY belum merilis laporan keuangan tahun 2021 untuk setahun penuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×