kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Strategi industri alat berat pada 2020 di tengah kelesuan bisnis tambang batubara


Minggu, 29 Desember 2019 / 15:28 WIB
Strategi industri alat berat pada 2020 di tengah kelesuan bisnis tambang batubara
ILUSTRASI. Produksi Alat Berat: Alat berat di tempat penyimpanan di Surabaya, beberapa waktu lalu. Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) memproyeksikan produksi alat berat sampai akhir tahun berada pada level 7.000 unit saja, lebih rendah dibandingkan tahun lalu ya


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Industri alat berat ikut terdampak pelemahan bisnis perusahaan batubara pada 2019 ini. Bahkan pada 2020 sejumlah pihak memproyeksikan bahwa bisnis tambang batubara masih lesu, sehingga hal ini akan membuat bisnis alat berat, ikut melambat, karena industri tambang batubara merupakan penyerap utama alat-alat berat.

Presiden Direktur PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA), Djonggi Gultom,mengatakan bahwa permintaan alat berat nasional secara volume telah terjadi penurunan sekitar 22% year on year (yoy) di tahun ini.

Baca Juga: Penjualan kendaraan roda empat moncer menjelang tutup tahun 2019

Harga komoditas batubara yang belum terkoreksi menjadi faktor pendorong lesunya penjualan.

"Tahun depan penjualan bisa flat saja (menyamai tahun ini) sudah bagus," terang Djonggi kepada Kontan.co.id, Jumat (27/12).

Lebih lanjut ia menjelaskan, pelaku industri juga mengantisipasi kemungkinan resesi global di tahun depan yang dapat mengancam penundaan investasi di bidang komoditas.

Namun demikian, HEXA masih mengupayakan penjualan ke segmen selain pertambangan seperti Crude Palm Oil (CPO) dan konstruksi. Mandatory penggunaan B30 diharapkan dapat menjadi katalis positif sawit dan merangsang permintaan alat berat di sektor tersebut.

Baca Juga: Sektor saham ini diprediksi bakal bersinar dan meredup pada tahun depan

Sementara itu dari sektor konstruksi, adanya rencana pemindahan ibu kota baru di Kalimantan berpeluang mengerek bisnis alat berat. Hanya saja kata Djonggi, dampak dari proyek besar tersebut belum dirasakan tahun depan dan diperkirakan proyek tersebut baru mulai di tahun 2021.

"Tapi kami sudah siap dengan proyek ibu kota baru, karena kami punya banyak cabang di Kalimantan," sebutnya. Selain itu perusahaan juga memperkuat segmen bisnis purnajualnya seperti perawatan mesin dan sparepart.

HEXA diketahui membidik penjualan alat berat untuk jenis eskavator saja sejumlah 1.916 unit untuk tahun fiskal April 2019 - Maret 2020 atau turun 7,4% dimana pada tahun fiskal sebelumnya perseroan mencatatkan penjualan 2.071 unit eskavator.

Baca Juga: Cahayaputra Asa Keramik (CAKK) siapkan belanja modal Rp 70 miliar di 2020

Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan target perusahaan disebutkan pada awal tahun ini sebanyak 2.600 unit.

Adapun, Eddy Rodianto, Direktur PT Intraco Penta Tbk (INTA) mengharapkan bisnis alat berat bisa lebih stabil di tahun 2020. Perseroan belum ingin berspekulasi untuk target penjualan alat berat di tahun depan, mengingat kondisi pasar belum pulih.

Apalagi hingga kuartal-III 2019, INTA menjual 495 unit alat berat. Sebanyak 166 unit diantaranya merupakan alat berat pertambangan atau 33,5% dari total penjualan masih berasal dari sektor pertambangan.

Baca Juga: Mind Id fokus selesaikan proyek hilirisasi tambang yang ada

Pada periode yang sama tahun 2018 sebenarnya volume penjualan alat berat INTA mencapai 722 unit dan 299 unit diantaranya (41,4%) merupakan alat berat sektor pertambangan. Artinya, penjualan alat berat INTA turun 31,44% yoy di kuartal-III 2019 itu.

"Untuk itu kami harus diversifikasi pasar alat beratnya, seperti sektor tambang tidak hanya batu bara, tapi juga nikel dan mineral lain. Begitu pula dengan sektor agri dan konstruksi diharapkan dapat menyerap alat berat," sebut Eddy ditemui usai paparan publik perseroan, Jumat (27/12).

Tahun 2020 memang diperkirakan berat, setidaknya sampai 2021 industri alat berat diperkirakan dapat mengerek penjualannya.

Baca Juga: Proyeksi analis terhadap pergerakan IHSG pada akhir 2019

Dimana kata Eddy rencana pembangunan ibu kota baru di Kalimantan diperkirakan bakal direalisasi di 2021, maka alat berat dapat kesempatan memperkuat penyerapan di bidang konstruksi dan infrastruktur.

Hal senada juga diutarakan Sara K. Loebis, Sekretaris Perusahaan PT United Tractors Tbk (UNTR) dimana alat berat berpeluang mengisi sektor bisnis tersebut.

"Jika pemindahan ibukota melibatkan banyak aktivitas, tentu membutuhkan sejumlah alat berat. Dan persiapannya kan berjalan bertahap, jadi belum tentu kebutuhan alatnya mendadak sontak langsung tinggi," sebutnya kepada Kontan.co.id, Jumat (27/12).

Baca Juga: Kemendagri sebut belum terima surat pengunduran diri Wakil Bupati Nduga

Mengenai target sampai tahun depan, manajemen UNTR belum dapat memberikan detailnya.

Yang jelas di bulan November 2019 menjual alat berat merek Komatsu sebanyak 109 unit atau menurun 34,3% dari penjualan periode Oktober 2019 yang mencapai 166 unit, serta turun 48% dibandingkan dengan penjualan periode November 2018 yang mencapai 321 unit alat berat.

Melansir dari laporan bulanan UNTR, dari 109 unit alat berat yang terjual, 62 unit atau 57% diantaranya merupakan serapan dari sektor konstruksi, sebanyak 41 unit atau 38% merupakan penjualan ke sektor pertambangan, dan 5% sisanya merupakan penjualan ke sektor agribisnis.

Baca Juga: Lima fitur baru WhatsApp akan hadir tahun depan, apa saja?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×