Reporter: Vina Elvira | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah penurunan pendapatan iklan akibat penerapan kebijakan Analog Switch Off (ASO), PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) berupaya mempertahankan posisi pertama dalam pangsa pasar pemirsa saluran TV free to air (FTA).
Apabila menilik data SCMA per semester I-2023, rata-rata pangsa pasar pemirsa saluran TV FTA SCMA mencapai 34% atau meningkat 5,6 poin dibandingkan periode yang sama tahun 2022 yang sebesar 28,4%. SCMA memiliki pangsa pasar tertinggi mengalahkan MNC 33,8%, Trans Corp 13,5% dan VIVA 6,9%.
Direktur PT Surya Citra Media Rusmiyati Djajaseputra mengatakan, menghadapi sisa tahun 2023 ini SCMA akan terus berusaha mempertahankan posisi pertama dalam pangsa pasar pemirsa untuk saluran TV FTA.
“Dan juga mengembangkan bisnis digital dengan menambah pendapatan streamline baru dari bisnis influencer dan affiliate marketing,” ujar Rusmiyati, kepada Kontan.co.id, Sabtu (27/8).
Untuk diketahui, bisnis emiten televisi, termasuk SCMA memang melesu akibat dampak dari penerapan ASO. Per semester pertama lalu, pendapatan bersih SCMA menyusut 4,14% secara tahunan menjadi sebesar Rp 3,03 triliun.
Baca Juga: Surya Citra Media (SCMA) Proyeksi Bisnis Membaik di Semester II-2023
Penurunan pendapatan tersebut, terutama disebabkan merosotnya pendapatan iklan sebesar 4,85% yoy menjadi Rp 3,13 triliun. Sedangkan pada semester I-2022 pendapatan iklan SCMA mencapai Rp 3,29 triliun.
Entitas usaha PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) ini memproyeksikan, efek dari penerapan ASO akan secara bertahap berkurang di semester kedua ini seiring dengan mulai stabilnya pangsa pasar pemirsa paska ASO.
Pihaknya melihat sudah mulai ada peningkatan dalam belanja iklan di semester kedua, namun memang realisasinya di bawah performa pada periode yang sama tahun sebelumnya.
“Kami berharap semester kedua ini dapat membaik walaupun keadaan akan sangat tergantung kepada makro ekonomi dan politik di Indonesia,” tuturnya.
SCMA menganggarkan alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) Rp 300 miliar-Rp350 miliar di tahun ini. Dana capex tersebut digunakan untuk beberapa kebutuhan, seperti pembangunan studio baru, pembelian peralatan penyiaran digital, dan pembaharuan peralatan studio.
Adapun, serapan capex hingga saat ini sudah mencapai sekitar Rp 175 miliar dari total dana yang disiapkan.
Per semester I-2023, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk SCMA menyusut 88,74% menjadi Rp 69,36 miliar di semester I-2023 dari Rp 616,43 miliar pada semester I-2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News