kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Syngenta Indonesia perkirakan utilitas pabrik tetap di 2018


Rabu, 14 Maret 2018 / 20:39 WIB
Syngenta Indonesia perkirakan utilitas pabrik tetap di 2018
ILUSTRASI. Syngenta logo


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - CIKAMPEK. Syngenta Indonesia memperkirakan utilitas pabriknya masih tetap sama seperti tahun lalu.

Saat ini Syngenta Indonesia memiliki dua pabrik. Pabrik produksi benih berada di Pasuruan, sedangkan pabrik produk perlindungan tanaman berada di Gunung Putri.

Saat ini pabrik benih Syngenta Indonesia memiliki kapasitas produksi sebesar 8.000 ton per tahun, sementara pabrik yang berada di Gunung Putri memiliki kapasitas produksi lebih dari 58 juta liter.

Meski memiliki kapasitas produksi yang besar, masing-masing pabrik tersebut memiliki utilitas sekitar 40%.

“Tahun ini tidak akan jauh berbeda. Kurang lebih masih sekitar 40%,” jelas Head of Corporate Affairs Syngenta Indonesia Johannis Midzon kepada Kontan.co.id, Rabu (14/3).

Menurut Johannis, sampai saat ini pabrik benih Syngenta Indonesia masih memenuhi permintaan dalam negeri. Namun, kapasitas ini dibuat sangat besar untuk tujuan jangka panjang.

Apalagi, bila benih jagung GM (Genetically Modified) berhasil diperkenalkan di Indonesia, maka pabrik tersebut akan digunakan juga untuk memproduksi benih yang akan diekspor.

“Saat ini kapasitasnya masih cukup untuk Indonesia. Tapi ke depan apabila demand terhadap jagung GM meningkat dan sudah disetujui di Indonesia, maka kami akan pakai pabrik itu untuk ekspor,” ujar Johannis.

Menurut Johannis, produksi Benih Syngenta tetap sama karena lahan jagung di Indonesia belum meningkat drastis. Meski begitu, dia mengatakan Syngenta terus menghasilkan jenis benih jagung hibrida terbaru karena petani terus mencari benih baru yang bisa meningkatkan produksi.

Sementara, utilitas pabrik di Gunung Putri pun belum maksimal. Namun, Johannis membeberkan produk yang dihasilkan di pabrik tersebut sudah berhasil diekspor. Namun, jumlah ekspornya tidak terlalu besar karena Syngenta tetap melayani kebutuhan dalam negeri.

Johannis pun mengatakan, untuk potensi pasar untuk produk perlindungan tanaman masih besar dan akan terus meningkat. “Kalau produksi tanaman meningkat juga membutuhkan perlindungan tanaman,” kata Johannis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×