kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45895,55   2,12   0.24%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tabung gas meledak bikin penjualan kompor gas tersendat


Sabtu, 13 November 2010 / 08:07 WIB
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Gloria Haraito | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Pasar kompor gas makin menarik dengan berlanjutnya kampanye konversi minyak tanah ke liquid petroleum gas (LPG). Hal ini mendorong PT Hokinda Citralestari, produsen kompor gas merek Hock merilis dua kompor gas baru Jumat (12/11). Jahja B Soenarjo, Konsultan Bisnis Hokinda mengatakan, kompor gas jenis Mutiara Ekonomi Gold terdiri dari satu tungku. Adapun Mutiara Classic Gold merupakan kompor gas dua tungku.

"Kompor gas ini menyasar segmen rumah tangga menengah ke bawah," ujar Jahja kepada KONTAN. Tipe Gold memiliki kepala alias burner berbahan kuningan yang lebih berat dan tebal, serta tahan pada temperatur tinggi. Bodi yang terbuat dari stainless steel bikin kompor anti keropos dan tahan mengangkut beban hingga 100 kilogram (kg). Jahja mengklaim kompor gas ini bisa menghemat gas sebesar 8%-10%.

Jahja bilang, kehadiran kompor yang berbentuk bulat ini siap mendukung pertumbuhan industri kuliner dan waralaba yang tengah mewabah. "Kami akan memasarkan kompor ini lewat aliansi strategis dan promosi dengan jaringan waralaba kuliner," ujar Jahja. Hokinda akan memasarkan kompor gas Hock lewat kantor jaringan pemasaran yang terletak di Medan, Jakarta, dan Surabaya. Hokinda memasarkan Mutiara Ekonomi Gold Rp 150.000 dan Mutiara Classic Gold seharga Rp 273.000. Harga ini sudah termasuk garansi lima tahun.

Jahja memandang, kampanye konversi gas memang efektif meningkatkan pasar kompor gas. Namun di sisi lain, banyaknya gas yang meledak membuat penjualan kompor gas lambat.

Saat ini penjualan Hokinda mencapai 15.000 unit per bulan Dua bulan terakhir tahun ini, Hokinda menargetkan penjualan bisa mencapai 20.000 unit per bulan.

Menurut Jahja, andai tabung gas tak banyak menelan korban jiwa, penjualan kompor gas tentu akan lebih besar lagi. Mengantisipasi pasar kompor gas yang lamban, Hokinda menggenjot bisnis lainnya seperti kompor minyak yang saat ini penjualannya mencapai 100.000 unit per bulan.

Meski konversi gas terus berlangsung, nyatanya hal ini tak menggerus penjualan kompor minyak Hokinda. "Beberapa daerah belum siap konversi ke gas, karena itu permintaan kompor minyak kami tetap tinggi," terang Jahja. Hokinda menjual kompor minyak mulai harga Rp 200.000-Rp 400.000. Bisnis kompor minyak pun masih memberikan kontribusi di atas 50% terhadap bisnis Hokinda. Adapun oven memberikan kontribusi sekitar 30% dan bisnis lain-lain 20%.

Secara terpisah, Beni Benyamin, Presiden Direktur PT Todachi Indonesia justru memandang bisnis kompor gas tahun ini lesu. Dia memaparkan, sepanjang sembilan bulan 2010 total penjualan kompor gas mencapai 900.000 unit.

Dari jumlah ini, kompor gas Rinnai menguasai pangsa pasar 60%. Adapun kompor gas Todachi menguasai pangsa pasar 15%, TDC 10%, Quantum 10%, dan sisanya merek lain. Bila dilihat dari kategori tungku, kompor gas satu tungku masih memberikan porsi kecil pada penjualan, yakni 20%. Sementara kompor gas dua tungku dan lebih masih menguasai mayoritas pasar.

Di sisi lain, Triantoni, Ketua Asosiasi Produsen Kompor Gas Indonesia (Apkogi) membantah kecelakaan tabung gas mempengaruhi kebutuhan masyarakat akan kompor gas. Menurutnya, kompor gas telah menjadi kebutuhan masyarakat. "Masyarakat tetap membutuhkan kompor gas, sehingga kecelakaan tidak berpengaruh," tutur Triantoni. Penurunan tahun ini menurutnya lebih karena berhentinya proyek konversi kompor gas dari pemerintah sejak akhir tahun lalu. Padahal, tingkat kebutuhan normal dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Saat ini Apkogi memiliki 35 anggota dengan kapasitas masing-masing anggota mencapai 300.000-350.000 unit per bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×