Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) menyambut baik hasil negosiasi tarif impor Amerika Serikat (AS) yang diturunkan menjadi 19% dari semula 32%.
Ketua Umum APSyFI, Redma Gita Wirawasta menilai dengan tarif ini, industri tektil utamanya di hilir akan bisa lebih bersaing dengan Vietnam yang terkena tarif 20% dan Bangladesh dengan tarif tambahan 35%.
“Tambahan tarif 19% ini memberatkan tapi setidaknya kita masih bisa bersaing dengan Vietnam terlebih dengan Bangladesh yg masih 35%, cukup melegakan khususnya di hilir,” kata Redma kepada Kontan.co.id, Rabu (16/7).
Redma juga mengatakan penerapan tarif 19 ini juga melegakan industri tekstil di hulu dan sektor antara yang bersaing dengan produk dari Korea Selatan.
Baca Juga: Trump Turunkan Tarif Impor Jadi 19%, Prabowo Akui Negosiasi Alot
Saat ini, industri tekstil masih menunggu kebijakan tarif yang akan dikenakan terhadap China yang menjadi salah satu pesaing di pasar Amerika Serikat.
Kalau China kena tarif di atas Indonesia dengan perbedaan yang cukup signifikan, maka produk tekstil tanah air punya kesempatan mengambil pasar mereka di Amerika Serikat.
“Tapi harus berhati-hati dengan isu transhipment dan membanjirnya barang dumping China dipasar domestik kita,” kata Redma.
Sebaliknya, jika China dapat tarif lebih rendah dari Indonesia, maka produk tekstil dalam negeri akan sangat kesulitan untuk bersaing dipasar AS. Namun begitu, ApSyFI masih meyakini bahwa Amerika Serikat tidak akan memberikan tarif yang lebih rendah terhadap produk dari China.
Lebih dari itu, Redma menilai hal lain yang perlu diperhatikan adalah terkait tawaran yang diberikan pemerintah, terutama terkait dengan produk pertanian.
Redma bilang, saat ini Indonesia impor kapas hanya US$ 300 juta dan impor dari Amerika Serikat tercatat US$ 150 juta dari potensi impor sekitar US$ 800 juta.
Redma mengatakan impor kapas dari Amerika Serikat bisa didorong sampai US$ 800 juta jika utilisasi industri kita bisa beropeasi pada level 75%. Tapi hambatannya adalah barang impor dari China, sehingga Indonesia hanya bisa beroperasi pada level 45%.
Baca Juga: Tarif Trump Turun Jadi 19%, Istana: Terendah di Asia
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto mengakui negosiasi dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menurunkan tarif impor dari sebesar 32% menjadi 19% tidaklah mudah.
Prabowo mengatakan proses negosiasi dengan Trump berjalan dengan alot. Namun dirinya memahami karena kedua negara saling memiliki kepentingan terkait penetapan kebijakan tarif impor ini.
"Sekarang tarifnya dari 32% turun 19%, saya tetap nego dan saya katakan beliau (Presiden AS, Donald Trump) seorang negosiator yang cukup keras juga," kata Prabowo dijumpai di Bandara Halim Perdana Kusuma, Rabu (16/7).
Prabowo mengklaim pemerintah telah memperhitungkan dampak jangka panjang dari penerapan tarif impor 19% yang dikenakan AS terhadap produk dari Indonesia.
Menurutnya, hasil ini sudah dirundingkan bersama dengan tim negosiator. Yang lebih penting, menurutnya, penurunan ini dapat melindungi kepentingan pekerja di tanah air.
"Dan saya sangat optimis ekonomi kita dalam kondisi yang kuat, kondisinya bagus ya kan? jadi apapun yang terjadi akan kuat," ujar Prabowo.
Selanjutnya: Ekspor Kosmetik RI Hampir US$1 Miliar, Tapi Tantangannya Masih Berat
Menarik Dibaca: Tayang September, Official Teaser Trailer Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah Dirilis
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News