Reporter: Izzatul Mazidah | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. Bagi perusahaan yang banyak mengandalkan bahan baku impor, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat merupakan tantangan berat. Hal ini dirasakan oleh PT Frisian Flag Indonesia.
Produsen susu itu mengaku 70%–80% pasokan bahan baku susu masih diimpor. Frisian Flag mengimpor dari Royal Friaesland Campina N.V (Friesland Campina), yang tak lain perusahaan terafiliasi. Barulah, sisanya 20%–30% pasokan susu Frisian Flag berasal dari peternak lokal di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Sebagai gambaran, mengintip data Bloomberg, dalam periode akhir tahun lalu hingga saat alias year to date 26 September 2014, level rupiah terendah adalah Rp 11.289. Sadar dengan tantangan kurs yang besar itu, Frisian Flag pun bersiasat dengan menekan biaya produksi.
"Kami selalu punya siasat untuk mengatasi kurs rupiah yang tidak stabil dengan menekan biaya produksi lainnya. Jadi kami juga tidak akan menaikan harga jual produk susu kami," ujar Andrew F. Saputro, Head of Corporate Affairs Frisian Flag Indonesia, Jumat (26/9).
Sayangnya, cuma sebatas itu saja perusahaan itu berbagi strategi mengahadapi tekanan kurs. Selebihnya, Andrew enggan membeberkan biaya produksi apa yang ditekan dan bagaimana pula caranya.
Saat ini, Frisian Flag memiliki dua pabrik di Jakarta, yakni di Ciracas dan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Pabrik Ciracas memproduksi susu cair dan susu kental manis kemasan kaleng. Sementara pabrik Pasar Rebo memproduksi susu kental manis kemasan sachet dan susu bubuk. Mereka belum berencana membangun pabrik baru di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News