Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. PT Trans Retail Indonesia ingin memperbesar pundi-pundi fulus dari bisnis perkulakan. Tahun ini, perusahaan yang tergabung dalam CT Corporation itu berencana menambah lima hingga tujuh gerai Groserindo.
Perusahaan ritel milik taipan Chairul Tanjung ini berencana menyasar daerah yang memiliki bisnis hotel, restoran dan katering. Maklum, sasaran mereka adalah pebisnis.
Bukan tanpa alasan Trans Retail ingin menambah gerai Groserindo. Perusahaan itu memiliki dua alasan utama. Pertama, animo pasar. Tanpa menyebutkan capaian angka penjualan Groserindo tahun lalu, Head of Corporate Affairs Trans Retail Satria Hamid Ahmadi bilang, pertumbuhan jumlah anggota konsumen gerai itu mencapai sekitar 20%. Asal tahu saja, Trans Retail mewajibkan konsumen menjadi anggota jika ingin berbelanja.
Trans Retail sejatinya baru nyemplung ke bisnis perkulakan sejak April 2014. Nah, selama hampir setahun, perusahaan ini baru membuka satu gerai di Bekasi, Jawa Barat.
Alasan kedua, pemain bisnis perkulakan di tanah air masih sedikit. Menurut Satria yang juga menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), tidak ada lagi peritel asing yang melirik bisnis perkulakan setelah Metro batal masuk ke Indonesia. "Pemain asing lebih banyak membidik end user," ujar Satria kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Selain Groserindo, Trans Retail juga berencana menambah jumlah gerai andalannya yakni Transmart Carrefour. Target perusahaan itu minimal membuka 10 gerai yang semula bernama Carrefour itu sepanjang tahun ini.
Target pembukaan gerai Transmart Carrefour itu di atas realisasi tahun 2014. Tahun lalu, Trans Retail hanya mampu membuka empat gerai anyar. Dus, Trans Ritel hingga saat ini telah memiliki dan mengoperasikan sebanyak 89 gerai Transmart Carrefour.
Mengenai pilihan lokasi persis pembukaan gerai Transmart Carrefour maupun Groserindo, manajemen Trans Retail hanya menyebutkan salah satunya di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Kota ini dipilih karena Transmart ingin menggarap pasar ritel Indonesia bagian timur. "Kami akan mencari kota yang potensial di pulau Jawa maupun luar Jawa," ujar Satra.
Sementara itu, mengenai alokasi biaya investasi pembangunan kedua jenis gerai itu, Trans Retail tak mau membeberkan. Yang jelas, kebutuhan luas area untuk pembangunan masing-masing gerai tersebut sekitar 5.000 meter persegi (m²).
Sayangnya optimisme Trans Retail sepertinya tak berlaku untuk rencana ekspansi bisnis minimarket. Sejak menelurkan ide itu di tahun 2012, perusahaan itu tak kunjung merealisasikan ide tersebut.
Sebagai informasi, pasca seluruh saham Carrefour Indonesia beralih ke tangan CT Corporation pada tahun 2012 silam, Trans Retail berambisi menggarap bisnis ritel multi format, mulai dari minimarket sampai dengan perkulakan. Satria berdalih, perusahaannya masih menyiapkan strategi jitu untuk menggarap bisnis minimarket tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News