kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,89   4,58   0.50%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Turki bantah dumping terigu ke Indonesia


Jumat, 05 September 2014 / 13:34 WIB
Turki bantah dumping terigu ke Indonesia
ILUSTRASI. Jangan Lewatkan Sahur! Ini 4 Alasan Pentingnya Makan Sahur Saat Puasa


Sumber: TribunNews.com | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Asosiasi Eksportir, Produk Gandum, Kacang-Kacangan dan Minyak Sayur Turki menyayangkan tindakan Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO) sebagai kompetitior lokal yang memilih untuk melakukan kampanye negatif terhadap produk terigu Turki, dibandingkan bersaing secara sehat dalam hal kualitas produk dan harga.

Asosiasi eksportir terigu Turki mengklarifikasi informasi yang tidak sesuai dengan fakta terkait tepung terigu impor dari Turki yang beredar di Indonesia.

Pihak Turki menegaskan bahwa tidak ada praktik dumping yang dikenakan pada tepung terigu Turki di pasar Indonesia. Tak hanya itu, tepung terigu yang diimpor juga merupakan produk yang telah memenuhi standar kualitas, yang keberadaannya tidak merugikan industri tepung terigu lokal.

Turgay Unlu, Ketua Asosiasi Eksportir, Produk Gandum, Kacang-Kacangan dan Minyak Sayur Turki dalam siaran persnya, Kamis (4/9) menyatakan membantah melakukan dumping.

“Kami dengan tegas menyatakan bahwa praktik dumping yang dituduhkan APTINDO kepada tepung terigu Turki sangat tidak benar dan tidak berdasar," katanya.
Kelompok kami, sebut dia  dalam beberapa kesempatan telah menekankan berulang kali bahwa harga kompetitif tepung terigu Turki adalah hasil dari beberapa faktor.

"Eksportir Turki selalu transparan ketika melakukan transaksi perdagangan di manapun, baik di Indonesia serta di seluruh dunia. Merupakan hal yang salah dan tidak adil untuk menyerang pengusaha yang jujur,” kata Unlu.

Ia menyebut ada beberapa faktor yang memungkinkan Turki untuk menjual tepung terigu dengan harga yang terjangkau. Pertama, adalah Tradisi.
Catatan sejarah menunjukkan bahwa gandum pertama di panen di situs Gobekli Tepe, tepatnya di Provinsi Sanliurfa yang berada di Turki bagian Tenggara.

Gandum dan tepung gandum telah tertanam dan menjadi bagian dalam budaya selama ribuan tahun, dan negara ini juga memiliki sekitar 700 pabrik tepung terigu yang beroperasi. Faktor kedua adalah bahan baku dan material yang lebih murah.

Dengan kapasitas produksi yang tinggi, Turki merupakan salah satu produsen serta  eksportir gandum dan tepung terigu terbesar di dunia. Selain itu, karena letak geografisnya, Turki juga memiliki akses mudah ke petani gandum utama lain di wilayah laut hitam.

Faktor ketiga adalah tarif angkut yang murah. Lokasi strategis Turki memberikan keuntungan dalam mendapatkan harga yang kompetitif untuk angkutan kargo timur dengan waktu transit yang lebih pendek dan biaya penyimpanan yang rendah, yang semuanya membawa penghematan biaya dan efisiensi bagi eksportir tepung Turki.

"Faktor terakhir adalah biaya produksi yang murah. Kami memiliki industri penggilingan tepung terigu yang berkembang dengan baik di Turki, dan secara signifikan menurunkan biaya operasi karena akses untuk pemeliharaan peralatan yang efisien dan mudah didapat,” katanya.

Disebutkannya, tepung Turki diekspor ke lebih dari 120 negara, termasuk negara maju seperti Jepang dan Korea Selatan dan hal ini menjadi indikasi kuat bahwa tepung terigu Turki memenuhi standar kualitas yang ditetapkan oleh pemerintah negara tersebut.

Studi yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang berbeda juga telah membuktikan bahwa tepung Turki tidak hanya aman tetapi juga merupakan produk berkualitas. Untuk lebih memvalidasi kualitas ekspor, tepung Turki juga digunakan dalam operasi bantuan internasional dari World Food Programme, badan kemanusiaan terbesar di dunia yang memerangi kelaparan.

Turgay Unlu juga menjelaskan mengenai tuduhan harga tepung terigu Turki yang lebih murah di Indonesia dengan menyatakan, konsumen Turki sedang menikmati harga terjangkau yang sama di segmen mereka sendiri.

"Kami ingin mengingatkan semua pihak bahwa terigu yang dikonsumsi di Turki adalah untuk roti, sedangkan sebagian besar terigu diekspor ke Indonesia adalah untuk biskuit dan mie. Gap harga tersebut ada di setiap pasar," katanya.

Berbicara mengenai ketahanan pangan, kami percaya tidak ada Negara yang harus membuat kesalahan dengan mengandalkan satu sumber saja. Atas dasar itu industri lokal dan impor harus berdampingan.

Pihaknya  menolak skenario kekhawatiran bahwa impor akan membunuh industri lokal. Sebaliknya, impor membawa kompetisi untuk industri sehingga industri semakin lebih kuat.

Turgay Unlu menjelaskan hadirnya tepung terigu Turki. memberikan keuntungan ke Industri makanan Indonesia. Seiring dengan adanya peningkatan permintaan produk berbasis tepung, diperkirakan sebanyak 200,000 Usaha Kecil Menengah (UKM) mempekerjakan 2 juta tenaga kerja dan masih berkembang.

"Berkat persaingan dan biaya bahan baku yang sehat, perusahaan Indonesia sekarang ekspor produk berbasis tepung-negara tetangga lainnya," katanya. (Eko Sutriyanto)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×