Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Dinamika Industri Hasil Tembakau Nasional
Seiring dengan komitmen dalam penciptaan nilai bagi para pemangku kepentingannya, Sampoerna terus berupaya untuk mempertahankan posisi kompetitifnya dan mengatasi tekanan dalam industri tembakau sebagai akibat dari kenaikan tarif cukai yang tinggi dan jauh di atas angka inflasi, semakin melebarnya jarak tarif cukai antara Golongan 1 dengan segmen Golongan dibawahnya yang bertarif cukai lebih rendah, serta meningkatnya peredaran rokok ilegal.
Secara keseluruhan, pada periode Januari hingga September 2023, volume industri rokok turun sebesar 5,0% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sedangkan segmen Sigaret Kretek Tangan (SKT) mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan dengan perbaikan pangsa pasar di mana sampai kuartal 3 2023 mencapai sekitar 27%.
Baca Juga: Cukai Rokok Masih Dibahas, Intip Target Harga Saham HMSP dan GGRM
Perbaikan kinerja SKT mulai terlihat dalam beberapa tahun terakhir setelah segmen ini mengalami penurunan pangsa pasar berkelanjutan, yaitu dari 37% pada tahun 2006 menjadi 17% pada tahun 2019.
Pemulihan segmen SKT didorong oleh kebijakan Pemerintah untuk cukai produk tembakau, khususnya sejak 2021, yang mempertimbangkan aspek serapan tenaga kerja pada segmen SKT.
Rencana Penyerapan Puluhan Ribu Tenaga Kerja Baru
Sejalan dengan tren pemulihan segmen SKT, Sampoerna sebagai produsen SKT dengan merek dagang Dji Sam Soe dan Sampoerna Kretek, mengumumkan rencana penyerapan puluhan ribu tenaga kerja baru yang akan tersebar di provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Barat untuk fasilitas produksi SKT.
Penyerapan tenaga kerja ini akan secara langsung membuka lapangan kerja baru, sekaligus juga menciptakan efek berganda bagi masyarakat setempat.
Baca Juga: Ramai Serial Gadis Kretek, Seperti Apa Sejarah Rokok Kretek di Indonesia?
Realisasi rencana tersebut akan dimulai dengan pembukaan fasilitas produksi baru SKT Sampoerna di Kota Blitar, Jawa Timur, dan Kabupaten Tegal, Jawa Tengah yang dijadwalkan mulai beroperasi pada Semester 1 2024.
Saat ini, pemilihan lokasi dan proses persiapan tengah dilakukan di kedua area tersebut, termasuk rencana perekrutan karyawan.
“Sebagai perusahaan yang telah beroperasi selama 110 tahun di Indonesia, penambahan fasilitas produksi SKT Sampoerna melalui investasi mencapai Rp638 miliar (sekitar US$42 juta) akan memperkuat portofolio SKT Sampoerna yang telah dimulai sejak tahun 1913. Dengan pembukaan fasilitas produksi SKT dan tambahan tenaga kerja baru, kami optimistis bahwa langkah Sampoerna ini akan meningkatkan kesempatan kerja di sektor formal bagi masyarakat setempat sekaligus menciptakan multiplier effect yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi dan menjadi salah satu pendorong pertumbuhan di wilayah-wilayah tersebut,” kata Vassilis.
“Kami mengapresiasi upaya Pemerintah untuk menjaga iklim usaha dan investasi yang kondusif serta terprediksi di Indonesia, termasuk kebijakan yang mendorong kinerja sektor padat karya SKT. Upaya ini secara langsung berdampak positif pada penciptaan lapangan kerja di sektor formal dan perputaran ekonomi daerah yang selanjutnya turut meningkatkan perekonomian nasional,” lanjut Vassilis.