Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) sebagai Badan Usaha Milik Negara mengemban peran ganda sebagai agen pembangunan bangsa yang terus berkontribusi bagi pengembangan infrastruktur tanah air, serta sebagai badan usaha yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah para pemangku kepentingan.
Untuk dapat menjalankan kedua peran tersebut, Waskita menggunakan strategi Asset Recycling atau Daur Ulang Aset.
Director of Business Development & QSHE Waskita Karya Fery Hendriyanto mengatakan, Waskita Karya merupakan pengembang infrastruktur jalan tol terbesar di Indonesia.
“Model bisnis jalan tol Waskita berbeda dengan perusahaan operator jalan tol, Waskita menciptakan value dengan daur ulang aset lewat proses investasi, konstruksi dan divestasi,” jelas Fery.
Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) kembali divestasi dua ruas tolnya, ini rekomendasi analis
Sejak tahun 2014, Waskita mulai berinvestasi pada ruas-ruas jalan tol melalui akuisisi badan usaha jalan tol ataupun lewat tender investasi yang diadakan oleh Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT).
Pada puncaknya, portofolio jalan tol Waskita mencakup 18 ruas dengan total panjang mencapai 1.031 KM, di mana 15 ruas terletak di Pulau Jawa dan 3 ruas sisanya terletak di Pulau Sumatera. Waskita Karya juga terlibat dalam konstruksi pembangunan tol-tol tersebut.
“Dengan investasi tol, Waskita juga mendorong pertumbuhan kinerja lini bisnis lainnya, yaitu jasa konstruksi dan manufaktur beton pra-cetak,” lanjutnya.
Setelah ruas tol selesai dibangun dan telah beroperasi secara penuh maupun sebagian, Waskita Karya akan menawarkan ruas tol tersebut kepada investor atau partner strategis yang berminat lewat proses divestasi.
Dengan divestasi, Waskita mendapatkan dua keuntungan yaitu mengembalikan kapasitas pendanaan lewat pengurangan utang dan memperoleh dana segar untuk mengembangkan proyek infrastruktur lainnya.
Hingga saat ini, Waskita telah sukses melakukan 5 transaksi divestasi. Pada April 2018, Waskita melepas 70% saham PT Waskita Transjawa Toll Road dengan nilai Rp 5 triliun melalui penerbitan Reksadana Penyertaan Terbatas (RDPT).
Akhir tahun 2019, Waskita sukses melakukan divestasi ruas Solo – Ngawi dan Ngawi – Kertosono dengan total nilai mencapai Rp 2,4 triliun.
Pada November 2020, Waskita melepas 30% saham ruas Tol Bekasi – Cawang – Kampung Melayu dengan nilai Rp 550 miliar lewat penerbitan RDPT. Kini, Waskita memiliki 13 ruas tol yang telah beroperasi.
Manajemen Waskita pun tetap berkomitmen untuk merealisasikan program divestasi yang sempat tertunda sejak tahun lalu akibat pandemi Covid-19.
Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) telah mendivestasi 3 ruas tol dengan nilai Rp 4,3 triliun
Pada bulan Maret lalu, PT Waskita Toll Road telah menandatangani Conditional Sales & Purchase Agreement (CSPA) untuk dua transaksi divestasi, yaitu pelepasan 30% saham ruas Medan – Kualanamu – Tebing Tinggi kepada Kings Ring Ltd. serta divestasi 20% saham pada ruas Tol Semarang – Batang melalui penerbitan RDPT.
Total nilai untuk kedua transaksi divestasi tersebut mencapai Rp 2,3 triliun. Pada Senin (12/04) Waskita dan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) juga telah menandatangani CSPA untuk divestasi 20% saham ruas Tol Semarang – Batang dan 35% ruas Tol Cinere – Serpong senilai Rp 2,06 triliun. Transaksi dilaksanakan dengan skema konversi saham dan secara tunai.
Fery menjelaskan bahwa Waskita menargetkan pelepasan 9 ruas jalan tol di tahun ini. Total nilai untuk seluruh transaksi diperkirakan mencapai 10 hingga 11 Triliun Rupiah. Waskita juga berpotensi mengurangi utang hingga Rp20 Triliun apabila seluruh divestasi dapat terlaksana.
“Divestasi tahun ini akan menggunakan beberapa skema transaksi yaitu divestasi langsung, penerbitan RDPT, dan juga shareswap dengan partner strategis,” tutup Fery.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News