Reporter: Fahriyadi | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Es krim bisa disebut sebagai panganan favorit bagi banyak orang. Dari anak-anak sampai kalangan dewasa menyukainya es krim ini.
Tak heran jika es krim banyak dijual dipasaran, mulai dari harga kaki lima sampai harga bintang lima. Agar bisnis es krim ini kian kinclong, produsen es krim kreatif menawarkan konsep kemitraan ke publik.
Seperti yang dilakukan Arum Dewi Suci, pemilik Yogya Ice Cream di Yogyakarta. Ia mulai memproduksi es krim sejak 2008, kemudian bersama pasangannya Mirza Akbar menawarkan kemitraan mulai 2010 silam. "Responnya positif jadi kami berani membuka kemitraan," ucap perempuan 23 tahun ini.
Saat ini, mitra Yogya Ice Cream telah berkembang biak menjadi 40 mitra yang terkonsentrasi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah.
Untuk menjadi mitra, Arum memasang paket usaha yang cukup terjangkau yakni Rp 3,5 juta. Dengan paket investasi ini, mitra memperoleh pendingin dan 200 cup ice cream ukuran 70 mililiter (ml) beraneka rasa.
"Selain itu, kami juga melakukan pendampingan usaha kepada mitra dalam penjualan perdana," tuturnya.
Dengan harga ritel ditingkat konsumen Rp 1.500-Rp 2.000 per cup, mitra bisa menjual 1.000 cup sebulannya dengan omzet Rp 1,5 juta-Rp 2 juta. "Mitra bisa mengantongi laba 30-40% dari omzet," ungkapnya.
Ia juga meyakinkan bahwa dalam 4 bulan mitra sudah bisa balik modal. Keunggulan Yogya Ice Cream menurut Arum ialah sisi kreativitas dalam mengemas rasa. Saat ini, rasa es krim itu ada berupa cokelat, vanila, stroberi, dan durian.
Namun, Arum menambahkan bahwa pihaknya bisa membuat rasa sesuai pesanan, "termasuk rasa pedas," jelasnya.
Ia menyarankan kepada mitra agar menjual es krim ini ditempat keramaian seperti sekolah, foodcourt, atau tempat wisata. Menurutnya ketiga tempat itu cukup ideal untuk menjual es krim.
Sayang untuk sementara Arum masih hanya meladeni calon mitra disekitar DIY dan Jawa Tengah saja. Keterbatasan distribusi menjadi kendalanya sejauh ini.
Kendati begitu, di tahun ini Arum berencana membuka tempat produksi di Bandung, Jawa Barat. Ia menyatakan di kota kembang itu telah menanti 60 calon mitra yang siap bergabung.
"Kami belum berani mendistribusikan keluar DIY dan Jawa Tengah karena resiko keterlambatan pengiriman yang membuat es krim tak lagi segar," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News