Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Power, anak usaha PT Adaro Energy Tbk (ADRO) berencana membangun pabrik gasifikasi batubara. Manajemen Adaro Power mengungkapkan saat ini pihaknya juga sedang berdiskusi dengan investor asing untuk membangun pabrik ini.
Dharma Djojonegoro, Direktur Utama Adaro Power memaparkan, gasifikasi ialah proses mengubah batubara menjadi syngas untuk menjadi produk lebih lanjut seperti metanol dan Dimethyl Ether (DME).
Pengembangan DME ini sejalan dengan rencana pemerintah yang akan menekan importasi liquified petroleum gas (LPG) dalam beberapa tahun mendatang dan mendorong penggunaan DME.
Seiring dengan upaya pemerintah mengganti LPG ke DME, pada Desember 2020 Adaro Energi telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) bersama dengan PT Pertamina bersama dengan perusahaan tambang lainnya untuk pengembangan proyek gasifikasi batubara menjadi DME.
"Pada prinsipnya, untuk mengolah batubara menjadi produk lebih lanjut dibutuhkan suatu proses khusus sehingga diperlukan pabrik gasifikasi," jelasnya dalam Kompas Talk, Rabu (1/9).
Dharma menjelaskan, pabrik gasifikasi batubara membutuhkan lahan untuk lokasi proyek, pasokan listrik, akses terhadap air bersih, dan pasokan batubara yang akan melalui proses gasifikasi menjadi DME.
Adaro Group, melalui berbagai pilar bisnis di dalamnya, memiliki kapabilitas yang dibutuhkan dan akan berkolaborasi untuk membangun pabrik gasifikasi batubara di area tambang Adaro di wilayah Tanjung Tabalong, Kalimantan Selatan.
Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) catatkan kenaikan EBITDA sebesar 36% pada semester I
"Kami berniat ingin membuat pabrik gasifikasi batubara bersama dengan investor asing yang memiliki teknologinya untuk menggarap ini bersama-sama. Kami juga akan menggandeng Pertamina untuk menggantikan LPG ke DME," ujarnya.
Sebenarnya teknologi gasifikasi untuk menghasilkan syngas dan syndiesel sudah ada sejak perang dunia ke dua. Afrika Selatan dan China juga sudah bertahun-tahun memproduksinya. Namun, masalah utama yang harus dihadapi adalah dari segi ekonomis. "Bahwa secara ekonomis apakah bisa compete dengan LPG dan gas lainnya," ujar Dharma.
Sejalan dengan segi ekonomis tadi, untuk membangun pabrik gasifikasi batubara diperlukan investasi yang besar bahkan Dharma memproyeksikan hingga miliaran dolar. Tentu dari sisi investor, menginginkan suatu skema yang bisa membuat mereka untung.
Namun sayang, saat ini pemanfaatan DME masih menghadapi banyak tantangan dan harus dicari solusinya. Dharma mengatakan, salah satunya mengenai keekonomian DME dibandingkan dengan LPG. Selain itu, perihal konversi tabung dari LPG ke DME, apa saja yang perlu dilakukan.
Maka dari itu, pihaknya saat ini sedang melakukan tahap pra-studi kelayakan (pra feasibility Study) untuk proyek pabrik gasifikasi batubara. Jika sudah selesai di tahap pra-FS, langkah selanjutnya ialah mengurai simpul-simpul tantangan tadi. "Jika sudah ada solusinya, kami bisa lanjut ke tahap FS, engineering, lalu konstruksi," ungkap Dharma.
Selanjutnya: Adaro Energy (ADRO) belum akan naikkan target produksi meski harga batubara naik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News