Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan BUMN ditengarai tengah mengajukan ijin penambahan kuota impor gula Kristal putih atau gula konsumsi kepada pemerintah. Menurut Sekretaris Jendral (Sekjen) Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Nur Khabsyin penambahan kuota impor itu akan merugikan petani.
Menurutnya, saat ini stok gula konsumsi nasional masih ada sekitar 800.000 ton, angka itu bakal cukup memenuhi kebutuhan konsumsi nasional hingga 4 bulan ke depan dengan rata-rata kebutuhan sekitar 200.000 ton/bulan.
"Kebutuhan gula nasional itu 200 ribu ton/ bulan. Kalau 200 ribu ton/ bulan, sementara stok ada cadangan 800 ribu ton, berarti stok itu cukup untuk 4 bulan, Januari, Februari, Maret dan April," kata Khabsin dalam keterangannya, Kamis (4/2).
Baca Juga: Pertamina salurkan modal kerja Rp 21,5 miliar untuk petani tebu di Jawa Timur
Ia melanjutkan, di bulan Juni sendiri, petani tebu akan masuk masa giling sehingga pemerintah hanya perlu menutup kekosongan di bulan Mei hingga pertengahan Juni yang diperkirakan hanya butuh 200-300 ribu ton lagi.
Pemerintah sendiri sebenarnya sudah menerbitkan izin impor raw sugar sebanyak 646 ribu ton. Bila melihat data yang dipaparkan APTRI tadi, maka jumlah itu sudah lebih dari cukup untuk mengisi kekosongan sekaligus mengisi cadangan darurat atau buffer stock.
Yang jadi kekhawatirannya, saat ini ada sejumlah perusahaan pelat merah alias BUMN yang mengajukan izin impor baru di luar izin impor 646 ribu ton yang sudah diterbitkan. "Sekarang impornya 646 ribu ton, dari situ saja sudah kebanyakan. Apa lagi ini mau ditambah impor langsung gula konsumsi," tegas dia.
Saat ini saja, masih ada 100 ribu ton gula petani yang belum terserap. Ia khawatir, bila permohonan sejumlah BUMN ini untuk meminta izin impor 150 ribu ton GKP sampai disetujui pemerintah, maka petani tebu akan semakin menderita.
Baca Juga: Minamas Plantation donasikan paket sembako bagi korban banjir di Kalimantan Selatan
"Saat ini saja sudah terasa, stok gula yang kita punya belum terserap semua. Sementara petani itu kan jengah, karena mereka juga butuh makan. Akhirnya mereka jual selakunya meski rugi. Kalau impor disetujui dan pasokan gula berlebih, gula petani akan semakin nggak terserap," katanya.
Selanjutnya: Wamendag sebut untuk revitalisasi sistem resi gudang perlu ekosistem yang baik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News