kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Askindo minta ada sertifikasi kakao


Jumat, 29 April 2011 / 10:40 WIB
Askindo minta ada sertifikasi kakao
ILUSTRASI. Pejalan kaki melintasi Gedung Mayapada Tower yang menjadi kantor pusat Bank Mayapada di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta (10/4). KONTAN/Daniel Prabowo/10/04/2008


Reporter: Herlina Kartika Dewi | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) meminta pemerintah menyusun sertifikasi biji kakao ramah lingkungan. Sertifikasi itu untuk mengantisipasi tren pasar kakao yang mulai mengarah ke produk-produk biji kakao yang ramah pada lingkungan.

Ketua Umum Askindo, Zulhefi Sikumbang mengatakan, tahun 2020 nanti penjual kakao wajib melampirkan sertifikat kakao ramah lingkungan (suistainable). Jika tidak ada maka biji kakao dari Indonesia sulit diperdagangkan di bursa komoditi. "Dengan memiliki sertifikat, harga kakao juga bisa lebih tinggi," kata Zulhefi, Rabu (27/4).

Zulhefi bilang, harga kakao bersertifikat ramah lingkungan bisa lebih mahal US$ 200-US$ 300 per ton dari kakao non sertifikat. Saat ini ada dua perusahaan perdagangan kakao yang memperoleh sertifikat ramah lingkungan, yaitu Mars (Amerika Serikat) dan Armajaro (dari Inggris). Perusahaan itu mendapat sertifikat dari Rainforest Alliance.

Zulhefi berharap, proses sertifikasi dilakukan oleh lembaga lokal. Jika ada perusahaan sertifikasi asing mau terlibat, maka harus dapat persetujuan dari Badan Standarisasi Nasional (BSN).

Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar Kementerian Pertanian Azwar AB mendukung sertifikasi kakao itu. Ia bilang, sertifikasi akan memberikan jaminan kakao Indonesia tidak merusak lingkungan. Hanya saja, "Sebelum melangkah ke sertifikasi, kami mesti memperbaiki sisi budidaya dan peningkatan kualitas kakao," kata Azwar.

Menurut Azwar, Kementan mesti melakukan pembinaan dan sosialisasi kepada petani sebelum melakukan sertifikasi. Selain itu, sosialisasi juga membicarakan soal proses fermentasi. Sebab banyak petani yang menjual kakao non fermentasi dengan harga murah akibat mutu rendah. "Kalau petani menjual kakao fermentasi, maka harga bisa lebih mahal," jelas Azwar.

Azwar bilang, saat ini pemerintah sedang menyusun Standar Nasional Indonesia (SNI) biji kakao. SNI itu bertujuan mengatur standar mutu dan kualitas biji kakao termasuk fermentasi.
Herlina Kartika Dewi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×