kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.927.000   10.000   0,52%
  • USD/IDR 16.295   -56,00   -0,34%
  • IDX 7.312   24,89   0,34%
  • KOMPAS100 1.036   -2,36   -0,23%
  • LQ45 785   -2,50   -0,32%
  • ISSI 243   1,24   0,51%
  • IDX30 407   -0,78   -0,19%
  • IDXHIDIV20 465   -1,41   -0,30%
  • IDX80 117   -0,14   -0,12%
  • IDXV30 118   -0,08   -0,07%
  • IDXQ30 129   -0,58   -0,45%

Bahlil Tegaskan: Impor Migas dari AS Sudah Pasti, Meski Butuh Waktu 40 Hari


Jumat, 23 Mei 2025 / 16:00 WIB
Bahlil Tegaskan: Impor Migas dari AS Sudah Pasti, Meski Butuh Waktu 40 Hari
ILUSTRASI. Bahlil Lahadalia mengatakan keputusan Indonesia untuk menambah impor migas dalam bentuk minyak mentah dan Liquefied Petroleum Gas sudah bulat


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan keputusan Indonesia untuk menambah impor migas dalam bentuk minyak mentah dan Liquefied Petroleum Gas (LPG) sudah bulat.

Langkah ini akan tetap dilakukan meski menurut PT Pertamina (Persero) dibutuhkan waktu pengiriman hingga 40 hari, yang jika dibandingkan dengan melakukan impor dari Timur Tengah maupun negara Asia lainnya jauh lebih lama.

"Gak ada alasan, toh LPG kita juga impor dari Amerika," kata Bahlil saat dikonfirmasi di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (23/05).

Bahlil menambahkan, hubungan impor Indonesia dari AS pada komoditas migas bukan barang baru. 59% impor LPG Indonesia telah berasal dari AS ditambah 4% impor minyak.

Baca Juga: Shell Hengkang dari Bisnis SPBU di Indonesia, Bahlil Bilang Begini

"Kan 59% total impor LPG kita, konsumsi nasional itu dari Amerika, gak ada soal (untuk impor)," tambah Bahlil.

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri mengungkapkan, pengiriman minyak mentah dan LPG dari AS membutuhkan waktu 40 hari.

Karena hal ini, menurutnya terdapat risiko utama dari sisi jarak dan waktu. Dan apa bila terjadi kendala pengiriman akibat faktor cuaca seperti badai ataupun kabut, maka akan berdampak langsung pada ketahanan stok migas nasional. 

Baca Juga: Menteri ESDM Bahlil Pastikan Smelter Freeport Bakal Beroperasi Juni 2025

"Karena itu, Pertamina saat ini sedang melakukan kajian komprehensif mencakup aspek teknis, komersial, dan risiko operasional untuk memastikan bahwa skenario peningkatan suplai dari AS dapat dilakukan secara efektif," ungkap Simon dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan DPR, Kamis (22/05).

Dia juga mengatakan Pertamina memerlukan dukungan kebijakan dari pemerintah dalam bentuk payung hukum baik melalui Peraturan Presiden (Perpres) maupun Peraturan Menteri (Permen) sebagai dasar pelaksanaan kerja sama ini untuk suplai energi dalam negeri. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×