kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bawang putih Tiongkok mahal, Kemtan lirik Rusia


Senin, 25 Mei 2015 / 13:22 WIB
Bawang putih Tiongkok mahal, Kemtan lirik Rusia
ILUSTRASI. KTP Digital


Reporter: Mona Tobing | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) berencana untuk mengimpor bawang putih dari Rusia. Asal tahu saja, selama ini Indonesia bergantung kepada Tiongkok untuk memenuhi kebutuhan bawang putih.

Salah satu penyebabnya adalah kenaikan harga bawang putih sejak awal bulan ini. Jika harga normal bawang putih di tingkat eceran sebesar Rp 14.000 per kilogram (kg), kini harganya sudah berada di level Rp 16.000 per kg.

Hasanuddin Ibrahim, Direktorat Jenderal Hortikultura Kemtan mengatakan, kenaikan harga ini terjadi karena impor bawang putih pada kuartal dua belum masuk ke tanah air. Penyebabnya, panen bawang putih di Tiongkok mengalami kemunduran.

Menurutnya, negara yang paling terbuka untuk impor bawang putih adalah Rusia. Sebab, karakteristik bawang putih asal Rusia sama dengan Tiongkok.

"Harga paling murah itu dari Rusia. Tidak mungkin kita terus bergantung dengan Tiongkok. Sebab ketika panen di sana tertunda. Harga langsung melompat," ujar Hasanuddin, Senin (25/5).

Sayangnya, ia belum bisa menyebut berapa besar persentase impor bawang putih asal Rusia. Hanya saja, Kemtan memang berencana untuk mengurangi impor bawang putih dari Tiongkok dan secara bertahap separuh impor bawang putih bisa diambil dari negara lain.

Tahun ini impor bawang putih mencapai 300.000 ton hingga 400.000 ton. Jumlahnya masih sama dengan impor yang masuk tahun lalu. Dari kebutuhan nasional sebanyak 400.000 ton, sebanyak 95% berasal dari Tiongkok. Sisanya sebanyak 5% berasal dari produksi dalam negeri.

Sebagaimana diketahui, Indonesia tidak bisa memproduksi bawang putih kecuali untuk jamu. Pasalnya, bawang putih hanya bisa di taman pada ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut. Selain karena iklim dan letak geografis tanah air yang tidak cocok untuk ditanam, Indonesia sulit bersaing dengan Tiongkok dalam hal luas areal tanam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×