kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.514.000   11.000   0,73%
  • USD/IDR 15.511   28,00   0,18%
  • IDX 7.760   25,02   0,32%
  • KOMPAS100 1.205   3,50   0,29%
  • LQ45 961   2,42   0,25%
  • ISSI 234   1,13   0,48%
  • IDX30 494   1,12   0,23%
  • IDXHIDIV20 593   1,74   0,29%
  • IDX80 137   0,38   0,27%
  • IDXV30 142   -0,50   -0,35%
  • IDXQ30 164   0,08   0,05%

Bos KAI mengeluhkan kondisi kereta api


Senin, 04 Maret 2013 / 13:57 WIB
Bos KAI mengeluhkan kondisi kereta api
ILUSTRASI.


Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Keluhan akan infrastruktur kereta api ternyata tak hanya datang dari konsumen saja. Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Ignasius Jonan juga ikut mengeluh akan kondisi alat transportasi massal tersebut.

Ia bilang, sejak Indonesia merdeka 68 tahun yang lalu, kereta api jarak jauh khususnya jenis ekonomi tetap tidak memakai pendingin udara atau air conditioner (AC).

"Ini tidak kreatif, masa kereta api kita sejak 68 tahun sudah merdeka, tetap tidak memakai AC," kata Jonan saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI DPR di Jakarta, Senin (4/3/2013).

Namun, Jonan tak mau sekadar mengeluh. Ia menawarkan agar layanan kereta api jarak jauh tersebut bisa ditingkatkan alias kereta ekonomi diberi pendingin udara.

Namun, Jonan mengaku tak ingin bekerja sendiri dan berharap pemerintah ikut andil. Sebab, kata Jonan, dalam Peraturan Presiden nomor 53/2012 pasal 27 ayat 3 jelas diterangkan bahwa, biaya untuk investasi di kereta api dibiayai terlebih dahulu oleh PT KAI dan menjadi kewajiban pemerintah.

Namun, kata Jonan, saat ini dana dari pemerintah tersebut tidak pernah dicairkan ke perusahaan. "Sampai saat ini, kami tidak pernah mendapat dana operasional dari negara. Ini semua kami biayai sendiri," jelasnya.

Dengan kondisi tersebut, perseroan memilih membebankan biaya operasional kepada penumpang. Contohnya yaitu menaikkan tarif tiket commuter line di Jabodetabek dari semula Rp 6.000 menjadi Rp 8.000. Sementara kereta api ekonomi naik dari Rp 1.500 menjadi Rp 2.000 per sekali jalan. "Sebab, tarif ini sudah tidak naik sejak 12 tahun lalu," katanya.

Sementara untuk tiket kereta jarak jauh antar kota antarprovinsi, harganya tergantung jarak dan tetap tidak memakai pendingin udara (AC). Jonan mengatakan, hal tersebut karena ketiadaan dana operasional untuk menambah AC tersebut di kereta.

"Sekarang 60%-70% kereta api sudah pakai AC. Tahun ini semua armada kereta akan dipasang AC, dengan atau tanpa anggaran dari negara," tegasnya. (Didik Purwanto/Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×