Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Dana hibah (grant) dalam pendanaan jumbo US$ 21,6 miliar skema Just Energy Transition Partnership (JETP) bertambah menjadi US$ 295,4 juta dari sebelumnya US$ 292,3 juta. Sebagian dana ada yang digunakan untuk bantuan teknis di program tertentu hingga pemensiunan dini PLTU.
Kontribusi hibah dari Uni Eropa bertambah US$ 3,1 juta dari sebelumnya US$ 26,5 juta menjadi US$ 29,6 juta. Sedangkan hibah dari pihak lain masih tetap sama seperti komitmen awal. Perinciannya, Kanada US$ 10 juta, Denmark US$ 1,9 juta, Jerman US$ 167,2 juta, Amerika Serikat US$ 66,7 juta, dan ETM US$ 20 juta.
Kepala Sekretariat JETP, Edo Mahendra menjelaskan, hibah pada skema pendanaan ini ada yang sudah ditunjuk (designated) dan belum ditunjuk (undesignated) alokasinya.
“Di dalam CIPP negara IPG sudah ada yang menentukan hibah untuk apa saja, adapun untuk yang belum tertunjuk alokasinya pemerintah yang menentukan akan didiskusikan kebutuhannya,” ujarnya ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Selasa (21/11).
Melansir CIPP JETP, hibah didefinisikan sebagai pemberian dana yang tidak memerlukan pembayaran kembali.
Baca Juga: Ada Kekhawatiran Pendanaan JETP Jebakan Utang, Ini Penjelasan Pemerintah
Dalam konteks JETP Indonesia, dana hibah diberikan oleh negara yang tergabung dalam international partner group (IPG). Sebanyak US$ 153,8 juta telah diidentifikasi sebagai dana hibah.
Selain itu, dana hibah juga akan dialokasikan untuk kebutuhan bantuan teknis (technical assistant) di mana senilai US$ 68 juta untuk proyek pembangunan tertentu.
Berikut perincian dana hibah dari berbagai negara berikut alokasinya.
Kanada memberikan dana hibah senilai US$ 10 juta yang akan dialokasikan untuk sejumlah program. Salah satunya, Women-Led Coal Transistion Mechanism senilai US$ 5,5 juta.
Komitmen hibah Kanada juga mencakup kontribusi pada World Bank Energy Sector Management Assistance Program (ESMAP), Southeast Asia Energi Transition Partnership (SEA ETP), Clean Energi Investment and Financing Mechanisms (CEFIM) dan International Energy Agency (IEA) Clean Energy Transition Program (CETP).
Denmark mengalokasikan dana hibah sebesar US$ 1,9 juta. Perinciannya, US$ 0,9 juta ditujukan untuk proyek limbah biomassa pertanian di Lombok, yang saat ini sedang dalam tahap awal. Sisanya, US$ 1 juta untuk studi kelayakan konektivitas jaringan transmisi Sulawesi sedang tahap perencanaan, dengan ruang lingkup studi yang didasarkan pada permintaan Pemerintah Indonesia dan persetujuan dari DSIF.
Uni Eropa mengalokasikan hibah/bantuan teknis sebesar EUR 17 juta (atau setara US$ 18,4 juta) dan EUR 5 juta (atau setara US$ 5,4 juta) yang sedang berjalan. Kemudian hibah/bantuan teknis sebesar EUR 2,5 juta (~US$ 2,7 juta) melalui Fasilitas Kerja sama UE-IDN dan hibah/bantuan teknis sebesar EUR 2 juta sampai EUR 3 juta (~US$2,1-3,1 juta) untuk Indonesia Policy Dialogue Fund (IPDF).
Jerman mengalokasikan hibah serta bantuan teknis sebesar EUR 154,6 juta atau setara US$ 167,2 juta. Beberapa dari hibah atau bantuan teknis merupakan pendanaan baru (pendanaan tambahan yang diberikan setelah penandatanganan Pernyataan Bersama JETP) untuk proyek-proyek yang sedang berjalan.
Baca Juga: Kementerian ESDM: Pendanaan JETP Jadi Katalis Investasi Transisi Energi di Indonesia
Termasuk Sustainable Energy Transition in Indonesia (SETI), Innovation Regions for a Just Energy Transition (JET), Clean, Affordable and Secure Energy for Southeast Asia (CASE), 1000 Islands/Renewable Energy for Electrification Programme (REEP2) yang dilaksanakan oleh GIZ dan Asia Low-Carbon Buildings Transition (ALCBT) yang dilaksanakan oleh GGGI.
Amerika Serikat mengalokasikan dana hibah atau bantuan teknis senilai US$ 66,7 juta. Perinciannya, US$ 50 juta untuk insentif pemensiunan PLTU, US$ 15 juta bantuan teknis mendukung pengembangan transaksi pemensiunan dini batubara yang layak secara ekonomi.
Kemudian US$ 1 juta untuk studi kelayakan pengembangan pembangkit listrik bayu onshore di Sumbawa Barat dan US$ 0,7 juta studi kelayakan penerapan energi terbarukan PT Mass Rapid Transit Jakarta (MRT Jakarta).
Terakhir, Kemitraan Mekanisme Transisi Energi (ETM) yang dipimpin oleh Asian Development Bank (ADB) senilai US$ 20 juta. Perinciannya US$ 1 juta untuk pemensiunan dini PLTU (program pemensiunan dini PT SMI), kemudian US$ 5 juta untuk pembongkaran, perbaikan, dan penggunaan kembali PLTU. Lalu US$ 5 juta transisi berkeadilan untuk pertambangan batubara, US$ 9 juta transisi berkeadilan-pengembangan energi terbarukan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News