kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Department store masih bertahan di tengah kesulitan


Minggu, 23 Desember 2018 / 17:55 WIB
Department store masih bertahan di tengah kesulitan
ILUSTRASI. Gerai Sarinah


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Performa ritel tahun ini boleh dibilang sudah mengalami peningkatan ketimbang tahun lalu. Khusus format department store, perjalanan bisnis tahun ini tak sedramatis tahun lalu, ketika Lotus Department store, Debenhams hingga GAP memilih hengkang dari Indonesia.

Tahun ini, kendati masih ada beberapa penutupan gerai namun peritel juga mengimbangi dengan ekspansi gerai baru. Catatan Kontan.co.id tidak ada merk departement store yang hengkang pada tahun ini, beberapa pemain justru melakukan ekspansi gerai baru tahun ini.

Kondisi lesunya industri diaminini oleh Direktur Utama PT Sarinah (Persero), Gusti Ngurah Putu Sugiarta yang menyampaikan bahwa tantangan untuk mengembangkan format department store sangat besar. Hal ini yang membuat kontribusi bisnis ritel miliknya saat ini, disalip oleh lini bisnis ekspor-impor.

“Ritel (sedang) sulit, kami melakukan transformasi terus, renovasi agar wajah Indonesia lebih kelihatan. Tujuan kami bagaimana orang datang ke Sarinah bia ketemu barang-barang khas Indonesia, ini memang sulit situasi ritel di dalam maupun luar negeri,” ujarnya Kamis (20/12).

Namun bukan berarti ekspansi akan surut. Di kesempatan berbeda Roy N Mandey, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyampaikan kunci peritel bisa bertumbuh adalah ekspansi. Secara umum pertumbuhan tahun ini lebih baik ketimbang tahun lalu, bahkan dirinya memproyeksikan transaksi ritel mencapai Rp 240 triliun atau naik 10%.

“Penutupan gerai berkurang, artinya tahun ini lebih baik dari tahun lalu,” ujarnya.

Hanya saja, memang investasi ritel khususnya departement store masih tak sebesar biasanya. Bahkan menurutnya dari beberapa riteler yang tertarik untuk masuk ke Indonesia, justru didominasi oleh brand store bukan department store. Salah satu negara yang akan ekspansif masuk ke pasar Indonesia adalah brand-brand ritel asal Jepang.

Nurul Ichwan, Direktur Promosi dan Fasilitas Kawasan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bilang saat ini belum banyak peritel asing yang akan melakukan investasi ke Indonesia. Dirinya mencontohkan Decathlon, yang merupakan peritel asal Prancis berkomitmen untuk membangun 100 gerai dalam 10 tahun dengan komitmen investasi yang besar.

Sepengetahuannya, belum ada lagi peritel yang memiliki komitmen investasi yang besar, apalagi format department store. Oleh karena itu, BKPM akan menarik agar tak hanya peritel tetapi investor asing bisa menanamkan modalnya ke Indonesia. “Ini kan baik, Decathlon itu peritel besar di dunia, jadi efek kehadiran mereka dan rencana ekspansi mereka tentu akan menjadi angin segar ke iklim investasi,” ujarnya.

Kendati dianggap masih lesu, namun pemain ritel berformat department store masih terus melakukan ekspansi tahun ini. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) misalnya yang tahun ini menambah lima gerai baru, sedangkan PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) membuka tiga gerai baru tahun ini. Selain keduanya, masih ada Centro Department Store dan Aeon Retail.

Berkaca dari dua pemain departement store yang melantai di Bursa Efek Indonesia juga memperlihatkan peningkatan kinerja ketimbang tahun sebelumnya. RALS misalnya sampai kuartal III-2018 mencatat pertumbuhan pendapatan 2,22% dan laba 43,36%, sedangkan LPPF pendapatan meningkat 2,9% kendati laba turun 9,5%.

Asal tahu saja, saat ini department store terus melakukan inovasi agar bisa mengikuti perkembangan zaman. Tidak hanya mempercantik tampilan gerai, beberapa pemain juga sudah mulai melakukan pengembangan bisnis online untuk menopang penjualan, disamping juga memperbanyak tenant mix. Yang jelas, kendati saat ini kondisi sulit, nyatanya department store masih bertahan. Di tengah era disrupsi ini departement store dipaksa untuk lebih kreatif dan inovatif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×