Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Industri alas kaki nasional mencatatkan kinerja ekspor yang solid sepanjang delapan bulan pertama 2025, meski pasar domestik masih tertekan penurunan daya beli dan gempuran produk impor murah.
Data Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) mencatat, nilai ekspor alas kaki Indonesia mencapai US$ 5,16 miliar pada Januari–Agustus 2025, tumbuh 11,89% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year atau yoy) yang sebesar US$ 4,61 miliar.
Ketua Umum Aprisindo Eddy Widjanarko mengatakan, pertumbuhan ekspor tahun ini menunjukkan daya saing industri alas kaki nasional masih kuat di pasar global meski kondisi ekonomi domestik tengah melambat.
“Daya beli masyarakat di dalam negeri memang menurun tajam, tapi pasar ekspor tetap memberikan ruang pertumbuhan,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (9/10/2025).
Baca Juga: Industri Tekstil dan Alas Kaki Pulih, Ekspor Tembus US$ 13,17 Miliar
Eddy menambahkan, potensi ekspor Indonesia bisa meningkat lebih jauh apabila perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dengan Uni Eropa (IEU - CEPA) dapat segera diselesaikan. Fasilitas dagang tersebut diharapkan dapat membuka akses pasar Eropa yang lebih luas dan menarik investasi baru ke sektor alas kaki.
Ia juga menyebut struktur tarif produk alas kaki Indonesia yang lebih rendah dibandingkan Vietnam sebagai kompetitor menjadi salah satu keunggulan kompetitif di pasar global. Asal tahu saja, Indonesia mendapat tarif impor dari AS sebesar 19%, sementara Vietnam sebesar 20%/=.
Meski demikian, dukungan pemerintah terhadap industri padat karya ini masih terbatas. “Selama ini kami lebih banyak bertumpu pada kemampuan sendiri, dukungan pemerintah baru sebatas bantuan bagi karyawan,” kata Eddy.
Dengan tren ekspor yang terus naik dan peluang perjanjian dagang baru, Aprisindo optimistis kinerja industri alas kaki Indonesia akan tetap ekspansif hingga akhir 2025.
Baca Juga: Selamatkan Ekspor Produk Alas Kaki, Aprisindo Minta Pemerintah Tuntaskan IEU-CEPA
Sedikit berbeda, Ketua Umum Himpunan Industri Produk Alas Kaki Indonesia (HIPAN) David Chalik menilai berbagai perjanjian dagang yang telah diteken Indonesia belum berdampak signifikan bagi sektor alas kaki, apalagi yang skalanya menengah hingga kecil.
“Sekarang belum signifikan (dampaknya) karena memang masih dalam tahap pembicaraan antara Indonesia dengan negara-negara terkait. Untuk beberapa komoditas mungkin sudah bergerak, tetapi kalau untuk alas kaki belum terlalu terasa,” ungkap David kepada Kontan, Kamis (9/10/2025).
Alih-alih, ia menyebut industri alas kaki dalam negeri makin terhimpit dengan banjirnya produk impor murah. Terkait ini, ia berharap pemerintah segera menerapkan regulasi yang ketat terhadap barang-barang impor agar tak terjadi product-dumping.
Pasalnya, saat ini masih banyak beredar produk impor dengan harga di bawah pasaran. Ini jelas menjadi ancaman bagi daya saing produk lokal di pasar dalam negeri.
Baca Juga: Industri Alas Kaki Domestik Kian Lesu, Dukungan Pemerintah Dinilai Belum Efektif
Selanjutnya: Sukacita di Israel dan Gaza Setelah Kesepakatan Gencatan Senjata Diumumkan
Menarik Dibaca: 6 Manfaat Kolagen untuk Rambut Sehat dan Kuat, Cari Tahu Yuk!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News