kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor CPO menurun, Indef: Pungutan ekspor terlalu mahal


Rabu, 07 November 2018 / 22:27 WIB
Ekspor CPO menurun, Indef: Pungutan ekspor terlalu mahal
ILUSTRASI. Panen kelapa sawit


Reporter: Grace Olivia | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi ekspor produk minyak mentah sawit atau crude palm oil (CPO) Indonesia mengalami perlambatan sepanjang tahun ini. Hingga September, nilai ekspor CPO hanya mencapai US$ 15,27 juta atau turun 10,7% dibandingkan capaian periode yang sama di tahun sebelumnya.

Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Tofan Mahdi, menyebut, nilai ekspor CPO mencapai US$ 22,9 juta sepanjang tahun 2017.

"Itu nilai yang luar biasa, didukung juga dengan harga yang tinggi tahun lalu. Tahun ini, nilai ekspor CPO tersalip oleh batubara," kata Tofan dalam diskusi Forum Warta Pena mengenai Potensi Ekspor di Tengah Pelemahan Rupiah, Rabu (7/11).

Tofan menyebut, perlambatan ekspor tersebut sejatinya bukan disebabkan oleh turunnya permintaan. Namun, tingginya pungutan ekspor di luar pajak sebesar US$ 50 per ton, turut memengaruhi performa ekspor CPO di tengah pelemahan harga yang terjadi sejak awal tahun.

Pengamat Ekonomi Indef Bhima Yudhistira, mengamini, pungutan ekspor CPO sebaiknya diberikan relaksasi. Berdasarkan penelitian dan simulasi yang dilakukan INDEF, penurunan pungutan ekspor berpotensi menggenjot ekspor CPO lebih tinggi.

"Kami buat simulasi, seandainya pungutan diturunkan 30% menjadi US$ 35 per ton, maka akan ada kenaikan ekspor CPO sebesar 4,64%," terang Bhima.

Bhima menjelaskan, simulasi tersebut dibuat untuk periode setahun pada September lalu. "Memang 4,64% itu tidak besar ya, tapi sawit kan yang bisa diharapkan sekarang (ekspornya), kalau komoditas lain kan butuh waktu lama," ujar dia.

Menurutnya, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP) sebaiknya fokus membuat relaksasi-relaksasi untuk mendorong ekspor di tengah tren pelemahan rupiah.

"Kalau produk CPO kita diganggu di luar negeri BPDP harus menyiapkan tim hukum agar pengusaha tidak menanggung sendiri," tambahnya.

Adapun, Gapki memperkirakan volume produksi CPO di akhir 2018 mencapai sekitar 42 juta ton, baik minyak mentah maupun produk refined.

"Sekitar 31 juta ton itu terserap di pasar ekspor, antara lain India, Uni Eropa, China, dan Pakistan," ujar Tofan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×