Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyampaikan ekspor minyak sawit dan turunannya mengalami penurunan sebesar 9% di 2020 atau dari 37,39 juta ton di 2019 menjadi 34 juta ton.
"Ini sangat bisa dimaklumi karena pasar global mengalami distraksi. Jadi memang terjadi pelemahan permintaan karena memang hampir semua negara tujuan ekspor yang besar-besar melakukan lockdown," ujar Ketua Umum Gapki Joko Supriyono dalam konferensi pers, Kamis (4/1).
Menurut Joko, adanya pemulihan ekonomi di beberapa negara belum cukup untuk memulihkan ekspor minyak sawit Indonesia sepanjang 2020.
Baca Juga: Aprobi: Penundaan program B40 tidak berdampak ke industri biodiesel dan sawit
Joko pun mengungkap rata-rata ekspor ke negara tujuan utama mengalami penurunan, misalnya ke China yang turun 24% atau menurun 1,96 juta ton, ke Bangladesh turun 23% atau menurun sebesar 323.900 ton, ke Uni Eropa berkurang 12% atau menurun 712.7000 ton, ke Timur Tengah menurun 11% atau setara 280.700, ke Afrika menurun 8% atau berkurang 249,000 ribu ton.
Kenaikan ekspor terjadi di Pakistan sebesar 12% atau bertambah 275.700 ton dan ke India 2% atau 111.700 ton. "Ini salah satunya memang pasar mengalami distraksi dari sisi demand, sehingga sangat mempengaruhi serapan di pasar ekspor," ujar Joko.
Meski secara umum ekspor minyak sawit mengalami penurunan, Joko mengungkap bahwa masih ada produk yang tercatat mengalami kenaikan ekspor, yakni oleokimia.
Sepanjang 2020, ekspor produk oleokimia meningkat menjadi 3,87 juta ton atau meningkat sebesar 20% dari tahun sebelumnya yang sebesar 3,22 juta ton. Joko menduga, kenaikan ekspor produk ini berkaitan dengan kebutuhan untuk menghadapi pandemi Covid-19.
Baca Juga: Austindo Nusantara (ANJT) bakal genjot produksi edamame dan sagu tahun ini
"Apakah ini mungkin juga kaitannya dengan urusan pandemi, seperti untuk desinfektan pembersih dan segala macam," kata terang Joko.
Sementara, ekspor produk sawit lainnya mengalami penurunan, seperti minyak sawit dan olahannya menjadi 28,27 juta ton turun 9,1% dibandingkan 2019, laurik menjadi 1,83 juta ton turun 4,7% dibandingkan 2019, dan biodiesel hanya sekitar 30.000 ton turun 97,2% dibandingkan tahun lalu.
Meski menurun dari sisi volume, tetapi bila dilihat secara nilai, ekspor minyak sawit dan turunannya mencapai US$ 22,97 miliar atau lebih tinggi dari 2019 yang sebesar US$ 20,22 miliar.
Selanjutnya: MGRO tidak akan mengurangi permintaan pasar secara signifikan meski B40 ditunda
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News