kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Eksportir inginkan adanya peningkatan kualitas pala


Senin, 05 Maret 2018 / 18:41 WIB
Eksportir inginkan adanya peningkatan kualitas pala
ILUSTRASI. KENAIKAN HARGA PALA DI ACEH


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini ekspor biji pala diprediksi akan terus meningkat karena permintaannya yang masih tinggi. Meski terus meningkat, namun eksportir meminta supaya kualitas pala terus diperbaiki.

Eksportir rempah. Sigit Ismaryanto mengatakan, tahun lalu terjadi 31 penolakan ekspor pala dari Indonesia akibat adanya pengaruh mikrotoksin . Sigit mengatakan, kerugian eksportir mencapai US$ 3,58 juta.

Menurut Sigit, meskipun kualitasnya tidak terlalu baik, namun pasar internasional tetap skeptis. Pasalnya, pala tidak memiliki aditif yang bisa menggantikannya.

Namun, apabila kualitas pala tidak dijaga, Sigit khawatir akan terjadi penurunan harga pala mengingat negara lain sangat memperhatikan keamanan barang yang diimpor.

Saat ini saja harga pala sudah berada di titik terendah. Rata-rata harga pala di pasar internasional berkisar US$ 8 per kg. Sementara, harga rata-rata pala bisa lebih dari US$ 10 per kg. "Dulu harga pala US$ 12 per kg, padahal itu grade paling rendah di Indonesia," tutur Sigit kepada Kontan.co.id, Minggu (4/3).

Sementara di tingkat petani di Indonesia, harga pala grade A yang masih memiliki kulit dihargai sebesar Rp 37.000 per kg. Harga ini menurut Sigih masih tergolong rendah. Pasalnya, harga pala pada 2 tahun lalu sempat mencapai Rp 110.000 per kg. Saat itu, permintaan atas pala tinggi, sementara produksi sempat menurun.

Menurut Sigit, terdapat beberapa aspek yang sangat penting diperhatikan untuk menjaga kualitas pala. Aspek tersebut adalah Good Agriculture Practices (GAP) pada proses budidaya, Good Handling Practices (GHP) pada penanganan pasca panen di kelompok tani dan di gudang pengumpul, Good Manufacturing Practices (GMP) di gudang eksportir.

Yang tidak kalah penting adalah penerapan Good Logistic Practices (GLP) pada saat transportasi dari pedagang pengumpul, eksportir ke negara tujuan ekspor. Apalagi, pusat produksi pala berada di Sumatra, Aceh, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

"Upaya kita sudah luar bisa meningkatkan produksi, namun kita harus saling bersinergi dan fokus pada masalah yang ada," tambah Sigit.

Berdasarkan dokumen perencanaan Kementerian Pertanian (Kemtan), tahun ini produksi pala pada 2018 akan mencapai 31.850 ton, produksi ini meningkat dibandingkan tahun 2017 yakni sekitar 30.400. Hingga 2019, produksi biji pala diperkirakan terus meningkat hingga 33.360 ton.

Sigit berpendapat, target pemerintah tersebut akan tercapai. Apalagi pemerintah pun berencana akan meningkatkan produksi dengan memberikan berbagai bantuan benih dan pupuk dengan total dana Rp 27 triliun. Namun, dia berpendapat penyaluran dana tersebut harus jelas dan memiliki perencanaan yang matang sehingga peningkatan produksi dapat diwujudkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×