kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Fast Food selektif belanja bahan baku


Jumat, 12 Agustus 2016 / 11:28 WIB
Fast Food selektif belanja bahan baku


Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Strategi efisiensi belanja bahan baku moncer mengerek laba periode berjalan PT Fast Food Indonesia Tbk. Pada semester I-2016, laba mereka tumbuh 55,75% menjadi Rp 43,19 miliar.

Memang, catatan laba tersebut belum mampu menandingi pencapaian kieraja Fast Food pada semester I dua tahun sebelumnya. Pada semester I 2014, mereka mencatatkan laba periode berjalan sebesar Rp 54,93 miliar.

Meskipun demikian, Fast Food yang memegang hak waralaba restoran asal Amerika Serikat KFC ini, sudah bersyukur. "Kenaikan laba dikarenakan efisiensi bahan baku," ujar Justinus D Juwono, Direktur Keuangan PT Fast Food Indonesia Tbk kepada KONTAN, Kamis (11/8).

Sebagai pemilik jaringan restoran KFC di Indonesia, bahan baku utama dalam bisnis Fast Food tak lain adalah ayam. Tanpa menyebutkan porsi, manajemen perusahaan bilang belanja ayam menjadi beban terbesar dalam biaya pokok penjualan mereka.

Mengintip laporan keuangan Fast Food yang berakhir 30 Juni 2016, biaya pokok penjualan meliputi pemakaian persediaan bahan baku, makanan dan minuman serta bahan pembungkus. Pada periode tersebut, tak ada pembelian dari pemasok secara individual yang melebihi 10% dari total pendapatan.

Namun dalam memenuhi bahan baku, paling tidak ada 10 perusahaan berelasi dengan Fast Food yang terlibat transaksi pembelian bahan baku. Beberapa di antaranya merupakan perusahaan yang tergabung dalam Grup Salim, sebut saja PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk.

Kalau dirunut lebih jauh, Fast Food memang memiliki pertalian bisnis dengan Grup Salim. PT Indoritel Makmur Internasional Tbk yang juga merupakan bagian dari Grup Salim, mengempit 35,84% saham Fast Food.

Nah, berangkat dari pencapaian semester I-2016, Fast Food akan melanjutkan strategi efisiensi bahan baku tadi. "Kami akan menjalankan strategi yang sudah ada," ungkap Justinus.

Sementara hingga akhir tahun 2016, Fast Food berharap bisa mencatatkan pertumbuhan pendapatan 11%. Dengan catatan pendapatan Rp 4,48 triliun pada tahun 2015, berarti target tahun ini sekitar
Rp 4,97 triliun.

Tambah 11 gerai

Untuk memenuhi target, Fast Food juga akan memacu diri lewat strategi menambah jumlah gerai. Dari Januari hingga Juni 2016 kemarin, perusahaan berkode FAST di Bursa Efek Indonesia tersebut sudah merealisasikan penambahan 19 gerai baru.

Selanjutnya, pada semester II-2016 ini manajemen, Fast Food masih akan menambah 11 gerai lagi demi memenuhi target 30 gerai baru tahun ini. Kalau semua target terpenuhi, mereka akan mengoperasikan total 570 gerai KFC. Catatan, per akhir 2015 mereka sudah punya sebanyak 540 gerai.

Namun, rencana pembukaan 11 gerai baru pada semester II tersebut belum termasuk gerai KFC Box. Pada paruh kedua ini, Fast Food berencana membuka lima hingga enam gerai KFC Box.

Asal tahu, Fast Food membagi aktivitas bisnis secara geografis dalam enam restaurant support center (RSC). Keenam RSC meliputi Jakarta, Medan, Makassar, Palembang, Bandung dan lainnya.

Pada semester I-2016, RSC Jakarta menjadi kontributor terbesar yakni Rp 926,92 miliar atau 40,11% terhadap total pendapatan Rp 2,31 triliun. Posisi kedua adalah RSC lainnya dengan kontribusi 28,89% atau Rp 667,68 miliar. Kontributor sisanya, secara berurutan adalah RSC Makassar, RSC Bandung, RSC Medan, dan RSC Palembang.               

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×