Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi
Christo menyampaikan, IFSH juga tetap mengusung rencana ekspansi termasuk dalam lahan tambang baru. "Tetap dijalankan yang dilakukan dengan prinsip kehati-hatian," katanya.
Contohnya ialah PT Patrindo Jaya Makmur, yang saat ini telah menjadi bagian dalam group IFSH. PT Patrindo ini direncanakan akan segera berproduksi dan berpotensi menambah volume bijih nikel IFSH hingga 500.000 MT.
Selain itu, strategi bisnis IFSH pada 2021 ialah dengan optimalisasi eksploitasi cadangan bijih nikel pada lahan Izin Usaha Pertambangan (IUP) milik IFSH, dengan memperhatikan ketersediaan cadangan.
Hal itu penting untuk memastikan ketersediaan dalam memenuhi kebutuhan smelter IFSH di bawah anak usahanya, yakni PT Bintang Smelter Indonesia (BSI).
Baca Juga: Operasional dan proyek smelter Ifishdeco (IFSH) terkendala pandemi Covid-19
Dari sisi hilirisasi, IFSH juga masih berfokus untuk menyelesaikan proyek smelternya. Untuk smelter Blast Furnace, saat ini PT BSI dalam penjajakan kerjasama dengan perusahaan smelter dari China yang memiliki teknologi atau peralatan untuk memodifikasi smelter Blast Furnace miliki PT BSI.
"Sehingga smelter Blast Furnace dapat berproduksi dengan lebih efisien. Kalau memang jadi berkontrak dengan partner yang memiliki teknologi efisien, diharapkan akhir 2021 atau awal 2022 bisa mulai produksi komersial," sebut Christo.
Untuk proyek smelter dengan teknologi rotary kin electric furnace (RKEF), hingga sekarang IFSH masih dalam proses mencari pendanaan baik dari lokal maupun luar negeri. Hal itu dilakukan untuk dapat merealisasikan kerjasama dengan mitra strategis dalam membangun dan mengoperasikan smelter RKEF tersebut.
"RKEF target financial close akhir 2021, kemungkinan bisa produksi akhir 2023 atau awal 2024," pungkas Christo.
Selanjutnya: Pendapatan merosot, Ifishdeco (IFSH) rugi bersih Rp 24,83 miliar di semester I 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News