Reporter: Harry Muthahhari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat ini terdapat empat portofolio bisnis PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMFI) yakni dari line maintenance atau perawatan minor di Bandara, dan tiga sisanya perawatan perbaikan berat di hanggar yakni rangka pesawat, mesin, dan komponen lainnya.
Adapun fokus bisnis GMFI adalah maintenance, repair, dan overhaul (MRO).
Direktur Utama GMFI Tazar Marta Kurniawan menjelaskan, dari empat tersebut lini bisnis yang masih memiliki ruang besar untuk tumbuh adalah perawatan mesin. "Karena untuk airframe atau rangka pesawat sudah dipenuhi.
Baca Juga: GMF AeroAsia (GMFI) dorong peningkatan pendapatan dari maskapai asing
Sementara engine dan komponen masih banyak maskapai MRO ke luar negeri," katanya saat dikunjungi Kontan.co.id di kantornya pada Kamis (24/10).
Sejak dua tahun lalu, GMFI berfokus meningkatkan kapabilitas untuk perawatan dan perbaikan mesin. Hasilnya, saat ini GMFI memiliki kapasitas sebanyak 50 slot untuk perbaikan mesin.
Kata Tazar, jumlah itu masih minim dibanding potensi yang ada. Menurutnya, setiap tahun di Indonesia terdapat 150 unit pesawat yang membutuhkan perbaikan mesin. "Tahun depan kita ingin tingkatkan jadi 70 dan di 2021 jadi 120," terangnya.
Baca Juga: Dua pesawat Sriwijaya Air retak, operasional tidak ganggu
Kendati margin keuntungan dari perawatan mesin lebih tipis dibanding perawatan rangka pesawat, namun secara jumlah pendapatan perawatan mesin lebih besar sehingga kontribusi bagi pendapatan sangat besar. "Engine mahal, satu perawatan bisa US$ 6 juta," katanya.