Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan ride-hailing dan layanan pesan-antar di Asia Tenggara, Grab Holdings, menyetujui merger dengan Altimeter Growth Corp dan akan melantai di bursa saham AS tahun ini. Merger tersebut akan membuat valuasi Grab mencapai US$ 39,6 miliar atau setara Rp 530 triliun.
Adapun investor lain yang bergabung adalah BlackRock, Counterpoint Global (Morgan Stanley Investment Management), dan T. Rowe Price Associates, Inc. Termasuk juga Fidelity International, Fidelity Management and Research LLC, Janus Henderson Investors, Mubadala, Nuveen, Permodalan Nasional Berhad dan Temasek.
Partisipasi juga datang dari investor Indonesia seperti Djarum, Keluarga Sariaatmadja, dan Sinar Mas.
Pengamat bisnis sekaligus Direktur Avere Investama Teguh Hidayat menilai, partisipasi yang datang dari investor lokal seperti Djarum, Sinar Mas dan keluarga Sariaatmadja merupakan bentuk diversifikasi yang dilakukan oleh kelompok konglomerat tersebut.
"Djarum, Sinar Mas dan lainnya, sudah masuk ke sektor digital sejak lama dan rata-rata sudah memiliki "mainan" milik mereka sendiri. Misalnya Djarum punya Blibli dan Kaskus, Sinar Mas punya Sinarmas Digital Venture, dan seterusnya. Jadi mereka masuk ke Grab untuk diversifikasi saja, karena memang ada peluang untuk masuk," ujar Teguh kepada Kontan.co.id, Kamis (15/4).
Baca Juga: Melantai di bursa AS, begini rencana transaksi Grab Holdings dengan Altimeter Growth
Kata Teguh, Djarum bahkan juga pernah ingin masuk sebagai investor Gojek namun kalah bersaing dengan investor lain.
Teguh memprediksi, ke depannya Grab akan berekspansi ke banyak layanan lain di luar ojek, taksi online, atau layanan pesan antar, setelah IPO.
Namun, Teguh melihat langkah Grab tetap akan berat karena menghadapi Gojek. Sehingga ekspansi akan lebih banyak dilakukan di Singapura, Thailand, dan Malaysia.
"Grab berasal dari Singapura dan beroperasi di banyak negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Tetapi skala bisnisnya tidak lebih besar dari Gojek. Walau Gojek hanya beroperasi di Indonesia saja, tapi posisi Gojek jauh lebih besar dibandingkan Grab, Uber, dan lainnya," ujarnya.
Ia berpendapat, jika Grab sudah lolos IPO nanti, maka Gojek juga akan menyusul. "Semua hanyalah tinggal waktu untuk menyusul saja," imbuh Teguh.
Teguh melanjutkan, posisi Indonesia dalam konteks pasar juga lebih besar dibandingkan dengan gabungan Singapura, Malaysia, dan Thailand, sehingga untuk bisnis ride hailing di Indonesia, Gojek tetap akan memimpin pasar.
Posisi Gojek juga kuat sebab memiliki investor asing dan permodalan yang kuat. "Ditambah lagi statusnya sebagai perusahaan dalam negeri (PT Aplikasi Karya Anak Bangsa), membuat usahanya disini lebih dimudahkan oleh pemerintah," kata Teguh.
Selanjutnya: Melantai di bursa AS, begini rencana transaksi Grab Holdings dengan Altimeter Growth
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News