kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hadapi pandemi, sektor infrastruktur dan industri utilitas harus cari alternatif baru


Rabu, 13 Mei 2020 / 08:47 WIB
Hadapi pandemi, sektor infrastruktur dan industri utilitas harus cari alternatif baru
ILUSTRASI. Dok?MarkPlus -?China Sebagai The New Asia


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi covid-19 memberikan dampak yang variatif bagi industri infrastruktur dan utilitas. Dampak buruk dirasakan oleh industri aviasi sebagai industri paling terpuruk setelah sektor hospitality namun menjadi peluang bagi perusahaan penyedia barang seperti Petrokimia dalam meningkatkan profit dan market share pupuk.

Tidak hanya itu PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) juga berhasil membalikan keadaan dengan inovasi dan berada dalam posisi yang menguntungkan.

"Ada dua macam company, ada yang growing ada yang declining. Best guess saya kuartal satu atau kuartal dua kita surviving untuk industri yang declining. Dan servicing untuk yang growing. Pupuk ini growing karena mendapat tugas menyalurkan utilities jadi harus servicing lebih baik. Utilities itu bukan cuma listrik dan air," ujar Founder & Chairman MarkPlus, Inc. Hermawan Kartajaya dalam forum online bertajuk MarkPlus Industry Roundtable: Infrastructure & Utilities Industry Perspective, dikutip dari keterangan resmi yang diterima Kontan, Rabu (13/5).

Baca Juga: Founder MarkPlus: Leadership faktor penting dalam penanganan wabah Covid-19

Petrokimia Gresik mampu menjadi bisnis yang tumbuh karena berhasil melihat peluang untuk melakukan inovasi dan mengatur produk pupuk agar lebih kompetitif hingga meningkatkan market share. Bahkan Petrokimia Gresik berhasil membuat rekor ekspor yang terpecahkan di kuartal awal 2020.

Direktur Utama Petrokimia Gresik Rahmad Pribadi, ikut mengemukakan, salah satu bahan baku di Petrokimia Gresik itu asam sulfat yang bahan bakunya dari sulfur. Harga asam sulfat itu nol atau bahkan kalau sampai Indonesia itu gratis seperti halnya minyak, tapi anehnya harga sulfur terus tinggi.

"Kita akhirnya melakukan rekonfigurasi produksi dengan mematikan satu pabrik sulfuric acid, menutup kekurangannya dengan mengimpor sulfuric acid yang bisa kita dapatkan secara gratis, sehingga produk kita menjadi lebih kompetitif, profit lebih besar,” tambahnya.

Ketergantungan terhadap suatu aspek bisnis memang perlu dihindari dan harus segera mencari peluang lain demi berjalannya bisnis. Hal itu pula yang dirasakan oleh Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi.

Ia mengakui penurunan yang signifikan pada industri aviasi sejak adanya COVID-19 karena tidak adanya penerbangan untuk penumpang. Sumber pemasukan bagi bandara saat ini hanya bersumber pada aktivitas logistik yang hanya memberikan kontribusi sangat kecil.

Baca Juga: Founder Markplus: Asia lebih cepat bangkit dari pandemi COVID-19 dibandingkan Barat




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×