kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -4.000   -0,26%
  • USD/IDR 16.195   5,00   0,03%
  • IDX 7.164   1,22   0,02%
  • KOMPAS100 1.070   0,97   0,09%
  • LQ45 838   0,57   0,07%
  • ISSI 216   -0,45   -0,21%
  • IDX30 430   0,42   0,10%
  • IDXHIDIV20 516   -1,25   -0,24%
  • IDX80 122   0,37   0,31%
  • IDXV30 126   -0,52   -0,42%
  • IDXQ30 143   -0,58   -0,40%

Harga Kakao Terbang Tinggi, Produsen Makanan-Minuman Makin Terbebani


Rabu, 01 Januari 2025 / 21:01 WIB
Harga Kakao Terbang Tinggi, Produsen Makanan-Minuman Makin Terbebani
ILUSTRASI. Pekerja menunjukkan biji kakao yang sedang dikeringkan di salah satu pengepul di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (7/5/2021). Harga biji kakao di tingkat pedagang pengumpul kembali turun dari rata-rata Rp31 ribu menjadi Rp29 ribu disebabkan penguatan nilai mata uang Dollar AS terhadap Rupiah. ANTARA FOTO/Basri Marzuki/hp.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan harga komoditas kakao di pasar global yang terjadi sepanjang tahun 2024 menjadi perhatian serius bagi para produsen makanan-minuman (mamin) yang mengkonsumsi produk tersebut.

Mereka kini harus menanggung biaya produksi yang lebih tinggi untuk produk makanan yang memakai kakao atau olahannya sebagai bahan baku.

Merujuk situs Trading Economics, harga biji kakao di pasar global berada di level US$ 11.545 per ton pada Rabu (1/1) atau hari pertama tahun 2025.

Dalam sebulan terakhir, harga kakao naik 25,79% month to month (mtm).

Baca Juga: Bukan Bitcoin, Kakao Menjadi Raja Investasi Komoditas Sepanjang 2024

Harga komoditas ini juga telah melonjak 170,07% year on year (YoY) dalam setahun terakhir.

Harga kakao bahkan sempat menyentuh level tertinggi yakni senilai US$ 12.586 per ton pada 18 Desember 2024 lalu.

Sebelumnya, Ketua Umum Dewan Kakao Indonesia (Dekaindo) Soetanto Abdullah pernah menjelaskan, laju kenaikan harga kakao yang cukup konsisten disebabkan oleh gangguan pasokan dari dua negara produsen utama kakao, yakni Ghana dan Pantai Gading. Kondisi ini menimbulkan adanya ketidakseimbangan antara suplai dan permintaan biji kakao global.

Industri mamin jelas terdampak oleh lonjakan harga kakao. Senada dengan pernyataan Dekaindo, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman menilai, gangguan cuaca membuat produksi kakao di Afrika terganggu sehingga harga komoditas ini tak menentu dan cenderung fluktuaktif. Indonesia sendiri juga mengalami pelemahan produksi kakao, meski tidak separah Afrika.

"Kenaikan harga kakao pasti akan berpengaruh terhadap Harga Pokok Produksi (HPP) dan tentu harga jual produk makanan," kata dia, Rabu (1/1).

Baca Juga: Ternyata Komoditas ini Mengalami Lonjakan Harga Jauh di atas Gain Bitcoin Pada 2024

Hanya saja, Adhi tidak mengungkap secara rinci potensi kenaikan harga produk mamin di pasar yang mengandung bahan baku dari kakao. Yang terang, kebijakan penyesuaian harga jual sangat mempertimbangkan kondisi daya beli masyarakat Indonesia.

Gapmmi beserta para anggotanya tentu akan lebih gencar lagi dalam menjalankan strategi efisiensi proses produksi, mengingat belum ada tanda-tanda harga kakao akan turun. Produsen mamin jugaberupaya mencari bahan baku alternatif selain kakao yang lebih murah.

Di samping itu, Adhi juga mengingatkan agar pemerintah benar-benar serius membenahi sektor hulu kakao agar produksinya bisa kembali meningkat. Dengan begitu, industri turunan kakao di dalam negeri bisa menyerap hasil produksi komoditas ini secara maksimal.

"Upaya pemerintah melalui BPDP (Badan Pengelola Dana Perkebunan) perlu dibahas lebih lanjut agar sektor hulu perkebunan kakao bisa direvitalisasi," terang Adhi.

Baca Juga: Harga Kakao Tembus Rekor Tertinggi, Bagaimana Nasib Industri Mamin?

Sebagai informasi, pemerintah memperluas cakupan fungsi BPDP menjadi tidak hanya menyasar produk kelapa sawit saja, melainkan juga kakao dan kelapa.

BPDP akan menghimpun dana dari pelaku usaha perkebunan, lembaga pembiayaan, dana masyarakat, dan dana lain yang sah. Salah satu penggunaan dana tersebut yaitu untuk pengembangan perkebunan.

Produksi kakao Indonesia sendiri tercatat sebanyak 632.120 ton pada 2023 lalu atau berkurang 2,84% yoy dibandingkan tahun sebelumnya. Mayoritas kakao nasiona dihasilkan dari Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan.

Selanjutnya: China Bantah Tuduhan Serangan Siber ke Departemen Keuangan AS oleh Hacker China

Menarik Dibaca: Hujan Hanya Turun di Sini, Ini Prediksi Cuaca Besok (2/1) di Jawa Barat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×