Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis karoseri tengah menghadapi sejumlah tantangan. Sejumlah perusahaan bahkan pesimistis terhadap kondisi pasar karoseri tahun ini.
PT Adiputro Wirasejati misalnya. Direktur Adiputro David Jethrokusumo mengatakan, hingga saat ini, realisasi target bisnis perusahaan baru mencapai sekitar 45%-48%.
Hal ini disebabkan menurunnya permintaan pembuatan bodi kendaraan bus pariwisata yang biasanya mendominasi. Daya beli yang tengah lesu dan tekanan pada sektor pariwisata membuat permintaan karoseri kendaraan terkait juga sepi peminat.
“Di segmen pendidikan hilang. Tapi kalau yang lain itu saya lihat tetap jalan,” terang David kepada Kontan, Jumat (14/11/2025).
Baca Juga: Danantara Targetkan Pesawat Grounded Garuda Indonesia Kembali Beroperasi Tahun Depan
Sebetulnya, lanjut David, tanda-tanda pemulihan industri karoseri sudah mulai tampak sejak 2024. Namun, pasca Idul Fitri tahun 2025, khususnya pecahnya perang tarif yang dilancarkan Amerika Serikat, industri ini kembali terpukul lantaran banyak perusahaan yang memilih untuk wait and see.
“Jadi (permintaannya) hilang 50% lah, hampir 50%,” sebutnya.
Saat ini, Adiputro tengah dalam mode bertahan. Meski demikian David mengaku, Adiputro sedapat mungkin mencoba menghindari lompatan bisnis yang signifikan seperti pemutusan hubungan kerja (PHK). Terlebih, pekerjaan tersebut membutuhkan keahlian tinggi dan tak mudah mencari kandidat penggantinya.
Ia memprediksi, penurunan bisnis bisa mencapai 25% dibandingkan realisasi tahun sebelumnya. “Saya kok ada rada pesimistis,” ucapnya.
Hingga November 2025, Adiputro belum melihat geliat permintaan muncul. Padahal, kata David, menjelang hari raya Idul Fitri, beberapa bulan sebelumnya kerap menghasilkan permintaan pembuatan bus pariwisata yang tinggi.
Baca Juga: Indonesia Dinilai Punya Modal Besar Jadi Pusat Industri Baterai dan Energi Hijau
Di sisi lain, CV Delima Mandiri melihat tak ada kenaikan maupun penurunan permintaan yang signifikan. Dalam kata lain, trennya masih bergerak moderat.
Product Manager CV Delima Mandiri, Albertus Whitney mengatakan, tantangannya justru datang dari bagaimana cara memenuhi kebutuhan pelanggan. Terkadang, pasar menurutnya tidak menyediakan suatu desain, yang sebetulnya dibutuhkan pelanggan.
“Jadi tantangan ke depannya buat Delima Mandiri adalah selalu mencari tahu customer itu sebenarnya punya problem apa, dan bagaimana karoseri itu bisa memberi jadi solusinya,” ucapnya.
Ketua Umum Asosiasi Karoseri Indonesia (Askarindo), Jimmy Tenacious mengatakan, bisnis karoseri tengah menghadapi dua tantangan utama yang cukup mengkhawatirkan.
Tantangan pertama datang dari banjirnya produk-produk completely built up/CBU atau bus utuh yang diimpor dari China. Kata Jimmy, produk-produk ini membanjiri pasar kasoresi Tanah Air dengan banderol harga yang kelewat murah.
“Terutama karoseri yang masuk secara utuh berikut dengan truck-nya,” terang Jimmy kepada Kontan, Jumat (14/11/2025).
Baca Juga: Menekuni Bisnis Baru, Begini Penilaian Analis Tentang TBS Energi Utama (TOBA)
Ancaman ini, lanjut Jimmy, juga diperparah dengan arah kebijakan pemerintah. Menurutnya, arah kebijakan terkait cenderung tak menentu dan kurang protektif terhadap industri karoseri nasional.
“Kita selalu menyuarakan kesulitan kami namun tanggapan pemerintah masih kurang cepat dan peka atas masalah yang kita hadapi," tambahnya.
Askarindo berharap, pemerintah dapat melibatkan asosiasi dalam membuat kebijakan yang menyangkut industri karoseri nasional. “Kami juga mendorong semua pengusaha karoseri bergabung di dalam asosiasi ini,” imbuh Jimmy.
Selanjutnya: Bitcoin Anjlok ke Level Terendah Enam Bulan, Pasar Tertekan Sentimen Risk-Off
Menarik Dibaca: Ramalan Zodiak Keuangan dan Karier Besok Sabtu 15 November 2025: Waktunya Adaptasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













