kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

INCO: Proses Penambangan Harus Mempertimbangkan Kesinambungan dan Keberlanjutan


Kamis, 30 Desember 2021 / 19:11 WIB
INCO: Proses Penambangan Harus Mempertimbangkan Kesinambungan dan Keberlanjutan
ILUSTRASI. Vale Indonesia. ANTARA FOTO/Basri Marzuki/foc.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

Bagi INCO yang tidak pernah mengekspor bijih nikel karena sejak awal memproduksi nikel matte atau nikel yang sudah diproses dalam fasilitas pengolahan, tentu telah melihat prospek bisnis yang cerah. 

Peluang bisnis yang sudah di depan mata itu sudah dipersiapkan Vale Indonesia dengan rencana ekspansi pembangunan tiga fasilitas pengolahan dan pemurnian yakni smelter di Sorowako, smelter rotary kiln electric furnace (RKEF)  Bahodopi, dan smelter high pressure acid leaching (HPAL) di Pomalaa. 

Mewujudkan komitmen yang ingin seminimal mungkin menimbulkan emisi karbon dalam aktivitas ekspansinya ini, manajemen INCO menekankan selama technically feasible pihaknya akan mengutamakan sumber energi dengan emisi karbon lebih rendah seperti LNG dan sumber energi lain seperti bio-gas/bio-fuel. 

Sesungguhnya, sejak awal beroperasi Vale Indonesia telah memanfaatkan teknologi ramah lingkungan untuk kebutuhan produksi melalui Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Setelah lebih dari empat dasawarsa beroperasi, INCO memiliki tiga PLTA yakni, Larona, Balambano, dan Karebbe yang berfungsi sebagai pamasok tenaga listrik untuk mengoperasikan furnace (tanur peleburan dan pengolahan bijih nikel) di pusat pengolahan di Sorowako.

Pengoperasian PLTA ini diakui Vale Indonesia dapat mengurangi emisi sebesar 1.118.231 ton CO2 eq per tahun (dibanding PLTD), dan 2.292.375 ton CO2 eq per tahun (dibanding PLTU batubara).

Dalam ekspansi smelter baru, INCO akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) sebesar 500 MW yang akan mengaliri listrik ke smelter feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tengah dengan kapasitas 72.000 ton. Pihak INCO juga sedang berdiskusi dengan SKK Migas terkait pasokan gas alam cair (LNG) ke PLTG ini nantinya. 

Baca Juga: Erick Thohir Angkat Mantan Bos INCO Jadi Dirut Aneka Tambang (ANTM)

Bernardus menegaskan, keputusan menggunakan energi bersih di smelter tidak didorong karena alasan ekonomis belaka, tetapi INCO adalah perusahaan yang konsisten dalam menerapkan ESG. 

Untuk menangkap peluang bisnis dari era mobil listrik, INCO telah menyiapkan ekspansi smelter di Pomalaa yang dapat memproses bijih nikel limonite dengan menggunakan teknologi HPAL yang menghasilkan  produk yang dapat diolah menjadi bahan utama baterai mobil listrik. 

Melansir paparan publik  yang disampaikan pada 13 September 2021 di keterbukaan informasi BEI, proyek Pomalaa sedang dalam proses menyelesaikan perizinan AMDAL dan diharapkan dapat diselesaikan di tahun depan sehingga bisa maju ke tahap selanjutnya. 

"Kami berharap dapat menyelesaikan FID proyek ini tahun depan dan berhubung konstruksi pabrik HPAL memakan waktu panjang, dengan demikian mekanikal kontruksi akan ada di tahun 2026," terang manajemen dalam hasil laporan paparan publik tersebut. 




TERBARU

[X]
×