Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indo Acidatama Tbk (SRSN) berupaya menjaga pertumbuhan kinerja hingga tutup tahun 2025. Emiten yang bergerak di industri agro kimia ini optimistis bisa memacu penjualan etanol sembari mencari sumber pendapatan baru melalui pengembangan produk.
Corporate Secretary Indo Acidatama, Bram Andika Cahya Gumilang mengatakan bahwa SRSN mengejar penjualan senilai Rp 1,21 triliun sampai akhir tahun 2025. SRSN memproyeksikan laba kotor tahun ini bisa mencapai Rp 195,03 miliar, dengan posisi laba sebelum pajak penghasilan sebesar Rp 30,47 miliar.
Target penjualan SRSN mencerminkan pertumbuhan 5,21% dibandingkan capaian tahun lalu, yang kala itu tercatat sebesar Rp 1,15 triliun. Hingga periode paruh pertama 2025, penjualan dan laba SRSN naik dobel digit.
Penjualan SRSN tumbuh 23,22% secara tahunan (year on year/yoy) dari Rp 499,74 miliar menjadi Rp 615,81 miliar. Sedangkan laba tahun berjalan SRSN meningkat 16,01% (yoy) dari Rp 21,36 miliar menjadi Rp 24,78 miliar pada semester I-2025.
Baca Juga: Purbaya Beberkan Alasan Tolak Bayar Utang Whoosh Pakai APBN
"Pertumbuhan kinerja ini akibat ada kenaikan kuantitas penjualan. (Pendapatan semester I-2025) mencapai 50,51% dari proyeksi tahun 2025. Manajemen terus berupaya agar target tahun 2025 dapat tercapai," kata Bram dalam papara publik yang digelar Rabu (15/10/2025).
Jika dirinci, mayoritas pendapatan SRSN bersumber dari penjualan etanol. Pada semester I-2025, penjualan etanol ke pasar lokal naik 8,58% (yoy) menjadi Rp 330,98 miliar. Sementara ekspor etanol meningkat 29,19% (yoy) menjadi Rp 181,37 miliar.
Filipina menjadi pasar utama SRSN untuk ekspor etanol. Bram mengungkapkan bahwa SRSN belum berencana memperluas ekspor ke luar wilayah Asia Tenggara.
Peluang dari E10 dan Produk Baru
Di pasar dalam negeri, rencana mandatori E10 atau campuran etanol 10% untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) diproyeksikan bakal menggenjot permintaan etanol. SRSN pun siap membidik peluang dari mandatori E10.
Hanya saja, Wong Lukas Yoyok Nurcahya sebagai Direktur Indo Acidatama mengungkapkan bahwa SRSN masih menunggu perkembangan lebih lanjut dari sisi regulasi maupun pasar. "Kami mempunyai fasilitas dengan kapasitas tertentu. Kalau memang bisnis E10 mencapai jumlah yang mencukupi, kami juga akan ikut berpartisipasi," jelas Lukas.
Lukas mengingatkan, implementasi E10 tidak semudah membalikkan telapak tangan. Salah satu tantangannya adalah dari sisi permintaan pasar. Lukas mencontohkan produk Petamax Green yang pasarnya masih relatif kecil.
"Penggunaan E3, E5 atau E10 ini akan sukses kalau itu masuk ke produk Pertamax, yang permintaannya sudah sangat besar. Kalau masih ke Pertamax Green, pasarnya belum besar, pasti akan lambat juga," kata Lukas.
Masih terkait penjualan etanol di dalam negeri, Lukas turut menyoroti Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 32 Tahun 2025. Beleid ini merevisi Permendag Nomor 20 tahun 2025 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor Bahan Kimia, Bahan Berbahaya dan Bahan Tambang.
Menurut Lukas, pengaturan impor memang diperlukan. Pada regulasi sebelumnya, impor bisa dilakukan tanpa memperhitungkan neraca komoditas ketersediaan etanol di Indonesia. "Jika dibebaskan akan mengancam industri etanol. Akhirnya Permendag direvisi yang intinya impor etanol tetap diatur perizinannya, disesuaikan dengan neraca komoditas," jelas Lukas.
Secara bisnis, SRSN pun terus melakukan pengembangan produk demi mencari sumber pendapatan baru. Lukas menjelaskan, SRSN sudah melakukan pengembangan produk baru seperti ethanol absolut serta produk baru senyawa humat dengan merek Pommix.
SRSN sedang melakukan pengenalan dan uji coba pasar di beberapa daerah. "Dari beberapa percobaan itu memperlihatkan hasil yang bagus. Kami harapkan tahun depan sudah masuk ke tahap komersial, bisa memberikan penambahan revenue untuk perusahaan," tandas Lukas.
Guna mendukung strategi bisnisnya pada tahun ini, SRSN mengalokasikan dana sebesar Rp 27,23 miliar sebagai belanja modal (capex). Dana tersebut terutama digunakan untuk peremajaan mesin utilitas yang efisiensinya sudah menurun, seperti mesin boiler biogas untuk menambah efisiensi supply steam.
Baca Juga: Ditjen Pajak: 527 Pemda Sudah Sepakat Tukar Data Perpajakan
Selanjutnya: BCA Wealth Summit 2025 Jaring 2.000 Lebih Pengunjung
Menarik Dibaca: Ditusi Berawal dari Toko Komunitas Gamer Jadi Platform Top Up Game
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News