kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Industri Benang Rayon Memangkas Untung


Senin, 01 September 2008 / 22:37 WIB


Reporter: Havid Vebri | Editor: Test Test

JAKARTA. Para produsen benang rayon, salah satu bahan baku tekstil, sedang menghadapi persoalan pelik. Mereka terpaksa harus memangkas keuntungan dari hasil menjual benang rayon.

Persoalan ini bermula dari kenaikan harga bahan baku benang rayon plus ongkos produksi yang lain. Repotnya, sudah biaya produksi naik, mereka tak bisa menaikkan harga jual produknya. Bahkan, mereka malah menurunkan harga jual benang rayon dari US$ 2,9 per kilogram (kg) menjadi US$ 2,4 per kg.

Ironisnya, kendati sudah merelakan marjin terpangkas, tetap saja peminat rayon masih sepi. "Pasar tekstil sudah terlanjur sepi. Jadi turunnya harga itu tak banyak membantu juga," kata Evita, trader benang rayon kepada KONTAN, Senin (1/9). Evita menuturkan, konsumsi rayon cenderung melorot lantaran banyak konsumen rayon yang beralih menggunakan katun (cotton) alias benang kapas. "Kondisi ini juga terjadi di pasar ekspor," ucap Evita.

Ia menuturkan, produsen benang rayon tak bisa menaikkan harga karena pembeli dari Uni Eropa (UE) tak bersedia membeli apabila harganya terlalu mahal. Padahal, sekitar 80% produk benang rayon Indonesia dilempar ke pasar Eropa.

Tak urung, pasar yang lesu membuat produsen benang rayon dunia memangkas produksi. Di China, misalnya, produsen benang rayon menurunkan jumlah pemakaian mesin hingga 1 juta - 2 juta unit. Hal yang sama juga terjadi di India. Banyak produsen benang rayon India mengurungkan niatnya melakukan ekspansi usaha.

Sekretaris Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ernovian G. Ismy mengakui, bahwa harga bahan baku yang tinggi membuat industri benang rayon tak kompetitif. Celakanya, tutur Ernovian, di saat bersamaan benang rayon buatan Indonesia terancam terkena tuduhan dumping dari Turki. "Ini cukup mengkhawatirkan karena ekspor ke negara itu cukup besar," ujar Ernovian.

Hingga kini, pemasok bahan baku serat rayon di dalam negeri hanya mengandalkan dua pemasok, yakni PT Indo Bharat Rayon dan PT South Pacific Viscoe. Total suplai mereka 287.000 ton. Adapun total kapasitas produksi pabrik serat buatan dan serat alam mencapai 800.000 ton per tahun.
Havid Vebri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×