kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri farmasi masih dihadapkan kenaikan harga bahan baku


Minggu, 07 Oktober 2018 / 18:50 WIB
Industri farmasi masih dihadapkan kenaikan harga bahan baku
ILUSTRASI. Obat - industri farmasi


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .

"Ini bukan lagi soal membeli, tapi yang beli itu bayar tidak? Kalau belum tentu memberatkan industri," sebutnya. Sebelumnya GP Farmasi Indonesia sempat mengusulkan pada Rapat Koordinasi Pembahasan Usulan Kenaikan Harga Obat di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang digelar Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) bulan lalu, agar harga obat bisa naik 5%-7%.

Sementara itu, Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional Sigit Prio Utomo menyampaikan bahwa mekanisme penentuan harga obat di e-katalog telah ditentukan dimana produsen menawarkan harga kepada LKPP. Dimana produsen yang menawarkan harga terendahlah yang menang.

Lebih lanjut ia mengatakan, sistem te sebut juga telah mempertimbangkan fluktuasi dolar. "Kalau semua produsen terdampak karena bahan baku import maka semua penawaran naik dan dengan sendirinya naik, sebab dalam sistem penawaran ada patokan dolar," urainya kepada Kontan.co.id, Minggu (7/9).

Produsen farmasi seperti PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mengaku ditengah mahalnya dolar harus pandai-pandai melakukan efisiensi di berbagai lini. "Secara internak kami lakukan efisiensi baik di produksi maupun distribusi," terang Vidjongtius, Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk kepada Kontan.co.id, Minggu (7/9).

Selain itu produsen obat ini juga telah melakukan penaikan harga produk, namun menurut Vidjongtius idak semua jenis yang bisa ditingkatkan harganya. "Untuk obat bebas dan produk nutrisi kami telah naikkan harganya sejak kuartal tiga ini," sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×