Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca penerbitan obligasi global senilai US$ 2,5 miliar atau setara Rp 37,5 triliun, Holding Industri Pertambangan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), yang biasa disebut MIND ID (Mining Industry Indonesia) memastikan dana tersebut bakal digunakan untuk refinancing utang dan mendukung rencana akuisisi.
Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak menjelaskan, tujuan penerbitan obligasi adalah untuk pembelian kembali obligasi yang diterbitkan perusahaan pada 2018.
Kala itu, holding tambang lalu menerbitkan obligasi sebesar US$ 2,25 miliar yang terdiri dari dua seri. Pertama, senilai US$ 1 miliar dengan tingkat kupon sebesar 5,23% dan tenor hingga 2021. Kedua, obligasi dengan hingga 2023 dan tingkat kupon 5,71% sebesar US$ 1,25 miliar.
Baca Juga: Sukses besar, global bond Inalum (MIND ID) kelebihan permintaan 6,4 kali
"Jadi ada dua yang akan kami buyback, yakni yang 2021 dan 2023 dengan nilai buyback US$ 1 miliar. Tahun depan bayar pokok US$ 500 juta, tahun depannya lagi US$ 750 juta. Ini upaya untuk meringankan tekanan bayar jumlah besar dalam waktu dekat," jelas Orias dalam konferensi pers virtual, Jumat (15/5).
Di sisi lain, Orias memastikan upaya ini juga guna mengurangi tekanan terutama pada 2021 nanti pihaknya merencanakan dapat mulai kembali menerima dividen dari PT Freeport Indonesia.
Selain untuk buyback obligasi beredar, dana hasil penerbitan global bond ini akan digunakan pula untuk rencana akuisisi termasuk akuisisi PT Vale Indonesia Tbk dan membayar utang anak usaha anggota holding.
"Harga sudah sepakat sebelumnya, kami akan eksekusi dengan harga terbaru. Kami lakukan perhitungan. Ada pembicaraan awal, belum ada kesepakatan untuk perubahan harga yang sebelumnya. Jadi kami tetap membeli Vale," tegas Orias.
Sayangnya, ia masih enggan merinci besaran dana yang disiapkan untuk akuisisi ini. Yang terang proses akuisisi tersebut kini masih menanti persetujuan dari internal kedua perusahaan.
Selain untuk buyback dan akuisisi Vale Indonesia, sisa dana global bond bakal digunakan untuk membayar pinjaman atau utang anak usaha anggota holding.
Menurutnya, yang menjadi prioritas yakni utang yang memiliki bunga besar dan bakal jatuh tempo dalam waktu dekat.
Baca Juga: Cara unik MIND ID yakinkan investor sampai dapat Rp 37,5 triliun, dari rumah bisa!
"Utang yang patut dibayar, kalau itu bunganya memang mahal. Kalau bunga murah tidak usah dan yang tenornya sudah mendesak. Anak usaha ini kan perusahaan terbuka (emiten) jadi ada mekanismenya. Kalau dikira utang yang sudah timing di holding yang perlu kami bayar," pungkas Orias.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News