Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Ketegangan geopolitik global, terutama konflik di Timur Tengah dan perang dagang, kini menjadi tantangan serius bagi keberlanjutan pembangunan infrastruktur nasional.
Selain menekan nilai tukar rupiah dan harga komoditas, situasi ini turut meningkatkan risiko pembiayaan infrastruktur di dalam negeri.
Baca Juga: Ada 10.068 Lokasi di Indonesia Belum Teraliri Listrik,Butuh Investasi Rp 50,1 Triliun
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN Kita edisi Juni 2025 (17/6), menyampaikan bahwa Indonesia kini menghadapi kombinasi risiko global: inflasi tinggi di tengah perlambatan ekonomi dunia.
“Pelemahan ekonomi global memengaruhi permintaan ekspor Indonesia. Kenaikan harga komoditas lebih disebabkan oleh disrupsi, bukan keseimbangan supply-demand,” jelas Sri Mulyani.
Energi Global Tak Stabil, Cost of Capital Naik
Dampak paling nyata dirasakan pada sektor energi dan keuangan. Chief Investment Officer PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) M. Ramadhan Harahap (Idhan) menyebut, konflik Timur Tengah mendorong lonjakan harga minyak dunia dan menciptakan volatilitas tinggi pada sektor pembiayaan.
Baca Juga: Deloitte: Infrastruktur Berbasis AI Bisa Pangkas Kerugian Bencana Alam hingga 15%
“Kondisi ini menaikkan cost of capital terutama bagi proyek infrastruktur yang bergantung pada bahan bakar fosil atau peralatan impor,” ujar Idhan dalam keterangannya, Selasa (1/7).
IIF menilai, situasi ini justru menjadi momentum untuk mempercepat transisi menuju infrastruktur berkelanjutan yang tangguh dan adaptif terhadap dinamika global.
“Lonjakan harga energi global justru memperkuat daya tarik proyek energi terbarukan seperti PLTS, panas bumi, dan biogas,” imbuhnya.
Langkah percepatan transisi energi juga digaungkan pemerintah. Salah satunya melalui peresmian proyek hilirisasi Battery Energy Storage System (BESS) di Karawang, Jumat (29/6).
Presiden Prabowo Subianto menyatakan target kemandirian energi Indonesia bisa dicapai dalam 5–6 tahun.
Proyek pabrik baterai untuk kendaraan listrik dan sistem penyimpanan energi surya dinilai krusial untuk menunjang transformasi tersebut.
Baca Juga: IIF Tegaskan Komitmen ESG di ICI 2025, Dorong Infrastruktur Berkelanjutan
IIF sendiri telah membiayai berbagai proyek infrastruktur yang sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), serta menyediakan layanan ESG Advisory untuk memastikan proyek tidak hanya layak secara ekonomi, tapi juga tangguh terhadap tekanan lingkungan dan sosial.
“Kami merancang struktur pembiayaan yang adaptif terhadap risiko global, baik keuangan, lingkungan, maupun tata kelola,” jelas Idhan.
Sebagai penutup, Idhan menegaskan bahwa IIF berkomitmen menjembatani kebutuhan pembangunan nasional dengan realitas global yang berubah cepat, melalui sinergi bersama mitra multilateral dan investor berorientasi ESG.
“Tantangan geopolitik ini bukan alasan untuk mundur. Justru menjadi pengingat bahwa infrastruktur masa depan harus lebih kuat, hijau, dan mandiri,” tegasnya.
Selanjutnya: PMI Manufaktur Kembali Merosot pada Juni 2025, HIMKI Beberkan Penyebabnya
Menarik Dibaca: 5 Cara Memperbaiki Tekstur Kulit agar Kembali Mulus
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News