kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.284.000   34.000   1,51%
  • USD/IDR 16.595   -40,00   -0,24%
  • IDX 8.169   29,39   0,36%
  • KOMPAS100 1.115   -0,85   -0,08%
  • LQ45 785   2,96   0,38%
  • ISSI 288   0,88   0,31%
  • IDX30 412   1,48   0,36%
  • IDXHIDIV20 463   -0,53   -0,11%
  • IDX80 123   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 132   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 129   -0,13   -0,10%

Jepara targetkan produksi budidaya ikan air tawar meningkat 337 % di 2014


Minggu, 20 Maret 2011 / 14:32 WIB
Jepara targetkan produksi budidaya ikan air tawar meningkat 337 % di 2014
ILUSTRASI. Logo Biznet. Ada kebijakan bekerja dan belajar di rumah, pengguna internet Biznet melonjak 20%.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini



JEPARA. Budidaya air tawar merupakan salah satu pilihan dalam meningkatkan pendapatan di kabupaten Jepara. Menurut Bupati Jepara, Hendro Martojo, selain budidaya air payau, Kabupaten Jepara juga mengembangkan budidaya air tawar seperti ikan lele, patin, gurami dan nila.

"Produksi budidaya ikan air tawar ini pada tahun 2009 mencapai 2,3 juta ton," ujar Hendro pekan lalu. Menurutnya, produksi air tawar tersebut setara dengan harga sebesar Rp 21 miliar.

Melihat prospek bisnis budidaya air tawar ini, maka Hendro berani menargetkan kenaikan produksi budidaya ikan air tawar ini mengalami kenaikan produksi dari tahun 2009 hingga 2014 sebanyak 337,67% dengan kenaikan rata-rata antara 20% - 75% per tahun.

Menurut Hendro, strategi yang akan dilakukan dalam rangka meningkatkan produksi ini adalah dengan cara meningkatkan produksi benih, menyediakan sarana dan prasarana, serta peningkatan kemandirian atau kewirausahaan petani.

Meskipun demikian, Hendro juga mengantisipasi beberapa gangguan yang bisa mengagalkan target ini seperti, degradasi kualitas lingkungan tambak, belum adanya tata ruang pertambakan, minimnya jejaring pasar, belum tersedianya paket teknologi yang terjangkau, dan keterbatasan akses modal.

Sementara itu, Direktur Lembaga Pengelola Modal Usaha Kementerian Kelautan dan Perikanan Sugianto Halim, mengatakan kendala yang dialami petani dalam meningkatkan budidaya ikan adalah minimnya permodalan.

Sugianto menguraikan saat ini, kredibilitas Nelayan Usaha Kecil masih rendah dari sudut analisis perbankan. Hal itu disebabkan, persyaratan administrasi dan prosedur pengajuan usulan pembiayaan yang rumit dan birokratis. Adanya persyaratan kesediaan jaminan tambahan berupa agunan yang sulit untuk dipenuhi oleh Nelayan Usaha Kecil.

Sugianto mencontohkan, bahwa kondisi kebutuhan modal pembudidayaan ikan dari beberapa tahun terakhir ini terus meningkat. Pada tahun 2006, kebutuhan modal kerja petani sebesar Rp 1,2 juta, tahun 2007 Rp 1,6 juta, tahun 2008 Rp 1,8 juta dan tahun 2009 Rp 2,6 juta. Sementara tahun 2010 belum ada datanya.

Menurut Sugianto, dengan tingkat pertumbuhan kebutuhan modal ini, para petani mengalami kendala menyediakan modal ini."Ini menjadi persoalan bagi para petani," katanya pekan lalu.

Agar persoalan ini bisa diatasi, perlunya para petani ikan menerapkan program 5C yakni Capital (modal), Capacity (kemampuan), Collateral (agunan), Character (watak) dan Condition (prospek usaha). Untuk tahap permodalan, para petani sebaiknya memiliki koperasi yang dapat menjadi suplai permodalan untuk segmen usaha mikro, atau menggunakan sistem teknologi perbankan yang online atau offline dan membentuk swamina, dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Sementara itu, menurut Ketut Sugama, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jepara secara nasional bukanlah penghasil budidaya air tawar yang besar. "Jepara khusus ditunjuk sebagai tempat budidaya udang windu secara nasional," ujarnya kepada KONTAN, Minggu (20/3).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×