kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Kebijakan bea masuk CPO ke India kerap berubah, begini respons pengusaha


Minggu, 09 Februari 2020 / 16:04 WIB
Kebijakan bea masuk CPO ke India kerap berubah, begini respons pengusaha
ILUSTRASI. Sebuah unit sistem ban berjalan bersiap dioperasikan untuk memuat bungkil inti sawit (Palm Kernel Meal) ke dalam palka sebuah kapal kargo di Pelabuhan PT Pelindo I Dumai di Kota Dumai, Riau, Senin (6/1/2020).


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli

"Sepanjang tidak ada perbedaan tarif impor dengan negara lain, mestinya ekspor ke India masih baik, karena mereka butuh minyak sawit," terang Mukti.

Tahun lalu, ekspor Indonesia atas CPO dan turunannya (tidak termasuk oleokimia dan biodiesel) ke India mencapai 4,8 juta ton. Angka ini turun dibandingkan ekspor di tahun 2018 yang sebesar 6,7 juta ton.

Baca Juga: Ekspor minyak sawit tahun 2019 naik 4,2% jadi 36,1 juta ton, bagaimana di tahun 2020?

Menurut Mukti, penurunan tersebut, terutama disebabkan tarif bea masuk CPO yang diterapkan India ke produk Malaysia sempat lebih rendah dibandingkan bea masuk CPO dari Indonesia.

Karena itu, Mukti berharap, bila tidak terdapat perbedaan tarif bea masuk antara Indonesia dan Malaysia, ekspor minyak sawit Indonesia ke India tahun ini bisa kembali seperti tahun 2018 atau sekitar 6 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×