Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) menargetkan bisa meraih pendapatan sebesar US$ 58,33 miliar di tahun depan. Dari sana, holding migas plat merah ini membidik laba bersih sebesar US$ 2,2 miliar pada 2020, atau naik 10% dari target laba bersih tahun ini.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan, kenaikan tersebut sejalan dengan target pada kinerja operasi yang dipatok bisa lebih tinggi dari tahun ini. Nicke menerangkan, tahun depan Pertamina menargetkan bisa memproduksi minyak sebanyak 430.000 barel per hari dan gas sebesar 2.857 mmscfd.
Baca Juga: Susi dan Jonan diisukan jadi bos BUMN, apa kata Erick Thohir?
Sehingga, produksi migas Pertamina tahun depan ditargetkan bisa mencapai 923.000 boepd atau lebih tinggi dari target tahun ini yang berada di angka 906.000 barel oil equivalen per day (boepd).
Sementara untuk penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) korporat, Pertamina menargetkan penjualan BBM bisa naik 5,3% menjadi 23,43 juta Kiloliter (KL). Adapun, untuk total volume penjualan produk minyak ditargetkan mencapai 90,83 juta KL.
Nicke bilang, target tersebut dipatok berdasarkan asumsi Indonesian Crude Price (ICP) US$ 63 per barel dan kurs Rp 14.400 per dollar AS sesuai dengan APBN 2020. "Ini target semua saya pikir sama dengan apa yang disampaikan oleh pemerintah karena kami mengikuti semua asumsi-asumsi dasar ini," ungkap Nicke di DPR RI, Kamis (28/11).
Baca Juga: Kemenperin sindir produsen motor yang masih impor
Nicke bilang, saat ini Pertamina berkontribusi sekitar 39%-40% terhadap produksi migas nasional, dan akan meningkat menjadi sekitar 60% mulai tahun 2021 ketika Blok Rokan sudah dioperasikan Pertamina.
Nicke mengatakan, pada tahun depan pihaknya akan semakin fokus untuk menggarap sektor hulu. Hal itu dilakukan guna mencegah penurunan produksi dan untuk mencari tambahan cadangan baru. Oleh sebab itu, pada tahun depan Pertamina akan meningkatkan investasi di sektor hulu.
"Dengan melihat tren produksi migas nasional yang cenderung menurun dan cadangan yang perlu ditambah agar lifecycle produksi migas bisa kita pertahankan, maka komitmen Pertamina adalah mengalokasikan investasi yang cukup tinggi di hulu," sambung Nicke.
Nicke menyebut, pada tahun depan anggaran yang dialokasikan untuk investasi hulu akan mencapai 60% dari total investasi Pertamina. Jumlahnya sebesar US$ 3,7 miliar atau naik dari investasi hulu tahun ini yang ditargetkan di angka US$ 2,6 miliar.
Baca Juga: Pertamina investasikan US$ 3,72 miliar untuk sektor hulu migas
Nicke mengatakan, investasi di hulu tersebut sebagian besar akan dialokasikan untuk eksplorasi di Blok Mahakam yang saat ini memiliki decline rate yang tinggi. Nicke menjelaskan, saat dikelola oleh Pertamina sejak 2018, decline rate di Mahakam mencapai 57%.
Untuk menurunkan decline rate menjadi sekitar 30%, kata Nicke, Pertamina harus melakukan pengeboran sebanyak 122 sumur dalam setahun, atau mengebor sekitar satu sumur setiap tiga hari.
"Jadi ini tantangan di hulu, bagaimana kita bisa menahan decline rate sumur-sumur tua, kemudian kita berupaya mencari cadangan baru agar produksi migas dan cadangan bisa kita naikkan," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News