Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
Posisi Indonesia sebagai eksportir utama produk hilir logam nikel semakin kuat, khususnya setelah penerapan kebijakan hilirisasi dan pelarangan ekspor biji nikel. Data dari WorldStopExport tahun 2022 menunjukkan bahwa Indonesia menjadi eksportir HRC terbesar di dunia dengan nilai mencapai US$ 4,1 miliar.
Selain itu, Febri menambahkan bahwa ekspor produk hilir lainnya juga terus meningkat. Pada tahun 2022, nilai ekspor ferronikel mencapai US$ 13,6 miliar, meningkat dari tahun 2021 yang sebesar US$ 7,08 miliar. Nilai ekspor nikel matte juga meningkat tajam, dari US$ 0,95 miliar pada tahun 2021 menjadi US$ 3,82 miliar pada tahun 2022.
Provinsi Sulawesi Tenggara, sebagai produsen nikel terbesar di Indonesia, mencatat pertumbuhan PDRB industri pengolahan sebesar 16,74% pada tahun 2022, didominasi oleh industri pengolahan nikel.
Baca Juga: Proyek Baterai EV Kongsi IBT dengan LG Energy Lanjut Tahun Ini
"PNBP dari sektor logam nikel juga mengalami kenaikan yang signifikan. Tahun 2022, PNBP dari daerah penghasil nikel mencapai 10,8 triliun rupiah, meningkat dari tahun 2021 yang sebesar 3,42 triliun rupiah. Total PNBP dari 5 provinsi penghasil nikel mencapai 20,46 triliun rupiah sepanjang tahun 2021-2023 hingga kuartal II, dengan Sulawesi Tenggara sebagai kontributor terbesar," tambahnya.
Keberadaan smelter dalam program hilirisasi nikel ini tidak hanya meningkatkan sektor ekonomi tetapi juga memberikan dampak positif pada sektor UMKM di sekitar smelter. Hal ini menunjukkan bahwa program hilirisasi tidak hanya berkaitan dengan kepemilikan smelter, tetapi juga dengan peningkatan nilai tambah ekonomi yang berdampak langsung terhadap pembangunan nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News