kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Keterisian tempat tidur di atas 75%, stok alat penanganan Covid-19 jadi persoalan


Kamis, 15 Juli 2021 / 22:04 WIB
Keterisian tempat tidur di atas 75%, stok alat penanganan Covid-19 jadi persoalan
ILUSTRASI. Petugas medis melakukan pemeriksaan terhadap pasien COVID-19 di selasar Ruang IGD RSUD Cengkareng, Jakarta, Rabu (23/6/2021). ANTARA FOTO/Fauzan/hp.


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Angka keterisian tempat tidur alias bed occupancy rate (BOR) nasional untuk penanganan Covid-19 mencapai 76,9% per 14 Juli 2021 lalu. Untuk beberapa daerah seperti DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur memiliki angka BOR yang lebih tinggi lagi untuk penanganan pasien Covid-19, yaitu di atas 80% pada tanggal yang sama.

Di tengah angka keterisian tempat tidur yang tinggi itu, pihak rumah sakit masih menjumpai persoalan ketersediaan pada beberapa barang tertentu yang dibutuhkan dalam penanganan Covid-19. 

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (Persi), Lia Gardenia Partakusuma mengatakan, persediaan stok nasional untuk beberapa obat terapi Covid-19 tertentu seperti Immunoglobulin, Remdesivir, dan Tocilizumab kosong per 15 Juli 2021 pada pukul 09.00 WIB. Akibatnya, pihak rumah sakit tidak bisa melakukan pembelian dan hanya mengandalkan stok persediaan obat  yang dimiliki. 

Baca Juga: Itama Ranoraya (IRRA) menyebut harga alat test Covid-19 turun sejak tahun lalu

Selain itu, persoalan ketersediaan juga dijumpai pada oksigen. Lia mencatat, kebutuhan oksigen nasional masih lebih besar dibanding ketersediaan oksigen di lapangan. “O2 (oksigen) kebutuhan nasional sekitar 2200 ton per hari, baru tersedia 1800 ton per hari yang di lapangan,” kata Lia kepada Kontan.co.id, Kamis (15/7).

Harapan Lia, upaya pencegahan penularan pasien Covid-19 oleh semua pihak bisa terus digencarkan demi menekan jumlah pasien Covid-19 ke rumah sakit. Selain itu, Lia juga menilai perlu ada skema penyaluran untuk pasien-pasien Covid-19 ringan.

“Rumah sakit saat ini  harus benar-benar seleksi pasien,  pasien sedang - berat - kritis saja yang dirawat. Perlu ada penyaluran untuk pasien-pasien ringan - sedang. Perlu ada isoman terpusat, atau kalau di rumah mungkin bisa dipantau secara digital bersama nakes (tenaga kesehatan),” ujar Lia

Dihubungi terpisah, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Widyawati mengatakan bahwa Kemenkes terus berupaya menjamin pemenuhan ketersediaan barang-barang yang dibutuhkan dalam penanganan Covid-19. 

Baca Juga: Permintaan obat dan multivitamin naik, emiten farmasi BUMN jaga pasokan bahan baku

“Strategi yang dilakukan antara lain memperkuat perencanaan kebutuhan, membangun jejaring dengan industri, mengundang partisipasi dunia usaha maupun komponen masyarakat, serta menggalang kerjasama internasional,” kata Widyawati kepada Kontan.co.id (14/7).

Menyoal ketersediaan oksigen, Widyawati berujar bahwa Kemenkes sudah melakukan koordinasi dengan Kementerian Perindustrian, Pertamina, dan para perusahaan gas seperti PT Samator, PT Aneka Gas Industri Tbk, Iwatani Gas Industri, dan lain-lain untuk memetakan ketersediaan gas yang ada dan kebutuhan di rumah sakit. 

Dari pemetaan tersebut, Kemenkes mencatat bahwa kapasitas produksi nasional baru mencapai sekitar 1.700 ton per hari, sementara kebutuhan nasional bisa mencapai 4.400 ton per hari Angka kebutuhan ini bisa kembali meningkat apabila kasus Covid-19 semakin meningkat.

Selain persoalan ketidakseimbangan pasokan dan kebutuhan, masalah distribusi oksigen ke rumah sakit juga diduga menjadi tantangan. Oleh karenanya, rumah sakit yang memiliki kebutuhan oksigen diharapkan bisa menyampaikan kebutuhannya pada platform RS Online.

Dengan cara itu, tim di pusat maupun provinsi bisa memantau kebutuhan oksigen pihak rumah sakit bisa segera mendistribusikan oksigen ke rumah sakit-rumah sakit yang membutuhkan.

“Saat ini ada bantuan Pertamina menyediakan 21 ISO tank berukuran besar yang bisa digunakan untuk mendistribusikan gas dari pabrik ke rumah sakit. Pendistribusiannya dipercayakan ke Samator bekerjasama dengan Pertamina, dengan berkoordinasi dengan dirjen yankes dan dinkes provinsi yang ada di Jawa Bali,” terang Widyawati.

Selanjutnya: ARSSI: Rumah sakit masih kewalahan hadapi lonjakan kasus Covid-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×