kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kiprah bisnis bos Lion Air di bisnis maskapai


Rabu, 10 April 2013 / 15:53 WIB
Kiprah bisnis bos Lion Air di bisnis maskapai
ILUSTRASI. Tanda anxiety disorder pada anak


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Lion Air jadi perbincangan khalayak internasional usai mencatat rekor pembelian pesawat terbanyak dengan jumlah 234 pesawat Airbus senilai US$ 24 miliar, setara Rp 228 triliun pada bulan Maret lalu. Sebelumnya, Lion Air juga mengibarkan benderanya di bisnis penerbangan setelah memesan 230 pesawat milik Boeing.

Mencuatnya nama Lion Air di panggung internasional itu, tentu tak lepas dari peran Rusdi Kirana, Direktur Utama dari perusahaan yang berstatus milik keluarga ini. Pria kelahiran 17 Agustus 1963 itu memang berambisi di industri penerbangan.

Rusdi bahkan menyatakan, maskapai dari Indonesia harus mampu dan bisa bersaing di kancah bisnis penerbangan dunia. "Tunjukkan pada dunia bahwa kita (Indonesia) bukan hanya user tetapi juga bisa jadi operator penerbangan," tegas Rusdi usai menandatangani kerja sama Lion Air dan Telkomsel di Hotel Sheraton Bandara Soekarno Hatta, Rabu (10/4).

Bukan hanya sekadar isapan jempol belaka, ucapan pria berusia 49 tahun itu ia buktikan ketika Lion Air mengepakkan sayap bisnisnya di Malaysia dengan mendirikan maskapai Malindo Air. Ia juga membuktikan omongannya setelah memesan 230 pesawat Boeing yang disaksikan langsung oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama.

Di tahun 2013, Rusdi kembali membuktikan omongannya dengan memesan 234 pesawat Airbus yang disaksikan langsung Presiden Prancis, François Hollande dan CEO Airbus, Fabrice Bregier. Rusdi berharap, aksi bisnis Lion Air itu akan mengibarkan bisnis penerbangan Indonesia di mata dunia.

Menggandeng Perusahaan Telekomunikasi

Tak cukup sampai di situ, tahun ini juga, Rusdi akan meluncurkan maskapai premium terbarunya dengan nama Batik Air pada 17 April mendatang. Tahap awal, Rusdi akan menyediakan empat pesawat untuk maskapai yang akan melayani penerbangan domestik dan internasional ini. "Batik Air ini akan jadi strategi kami untuk menghadapi pasar," jelas pria berkumis itu.

Untuk Batik Air, Rusdi sudah mengantongi izin terbang sejak Agustus 2012 lalu. Maskapai inilah yang digadang-gadang perusahaan untuk menghadapi dominasi maskapai pelat merah, Garuda Indonesia.

Maklum, maskapai ini akan diformat dengan beragam layanan di kabin pesawat, seperti internet sampai dengan akses telekomunikasi dengan ponsel di dalam kabin pesawat. Dalam menyediakan akses internet di pesawat inilah Rusdi menggaet Telkomsel, sebagai penyedia jaringan konektivitas.

Namun sayangnya, realisasi akses internet di dalam pesawat ini belum bisa digunakan di Indonesia. Maklum, regulasi penerbangan di Indonesia belum memperkenankan pemasangan jaringan mobile di pesawat walaupun Batik Air mengklaim telah mempersiapkan infrastrukturnya.

Untuk investasi yang bisa menghubungkan pesawat dengan jaringan internet dan jaringan telekomunikasi, Rusdi mengaku merogoh kocek jutaan dolar untuk memasang infrastrukturnya. "Sekitar US$ 2,5 juta untuk satu per pesawat," imbuhnya.

Rusdi berharap, kehadiran Batik Air bisa menambah jumlah penumpang yang dibawa maskapai dibawah Lion Air. Tahun ini, Lion Air menargetkan bisa membawa 36 juta penumpang atau naik signifikan dari jumlah penumpang yang dibawa perusahaan tahun 2012 lalu sebanyak 23,93 juta penumpang. "Kami akan buktikan bahwa kami bisa," pungkasnya mantap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×