kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Konsumen mobil dalam negeri disebut lebih berminat pada produk PHEV


Jumat, 27 November 2020 / 15:19 WIB
Konsumen mobil dalam negeri disebut lebih berminat pada produk PHEV
ILUSTRASI. Mobil listrik. REUTERS/Chris Helgren


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebelum memasuki era kendaraan listrik murni, konsumen di dalam negeri lebih berminat pada kendaraan plug-in hybrid electric vehicle atau PHEV.

“Untuk produk hybrid maupun plug in hybrid insentifnya hanya pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM).  Kalau dilihat, dari insentif PPnBM produk hybrid sebenarnya sudah sangat kompetitif dan ke depannya produk hybrid dan plug in hybrid pasti berkembang," kata Peneliti Senior Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Riyanto, pada acara diskusi virtual Peluang dan Tantangan Mobil Listrik di Indonesia, Kamis (26/11).

Berdasarkan uji coba yang dilakukan peneliti di Universitas Indonesia di kawasan perkotaan, emisi kendaraan PHEV hampir sama seperti mobil listrik murni. “Selama simulasi, BBM-nya terpakai kecil banget dan digerakkan oleh baterainya. Plug in hybrid ini mirip dengan full baterai karena kalau di dalam kota pembakarnya tidak berfungsi," papar Riyanto.

Baca Juga: Kompetisi pasar mobil listrik di Tanah Air bakal makin ramai

Lebih lanjut, besarnya minat masyarakat terhadap PHEV terlihat dari ludesnya penjualan Nissan Kicks e-Power dalam lima hari sejak diluncurkan pada September 2020. "Kalau dalam waktu ini saya milih hybrid atau plug in hybrid. Tetapi dalam jangka panjang kalau ekosistemnya ada, kita bisa pindah langsung ke BEV (Battery Electric Vehicle)," ujar Riyanto.

Sedangkan Kepala Balai Teknologi Termodinamika Motor dan Propulsi (BT2MP) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Hari Setiapraja menilai,  belum berkembangnya mobil listrik di Indonesia banyak dipengaruhi berbagai faktor mulai kecukupan pasokan listrik, pengolahan limbah baterai, hingga ketersediaan charge station.

"Suplai listrik sangat menentukan, karena kendaraan listrik akan bergantung pada daya listrik yang mudah diakses," tuturnya.

Baca Juga: BMW Astra kembali hadirkan Gelaran Joyfest 2020

Hambatan lainnya adalah baterai dengan densitas power tinggi, fast charging dan tahan lama. Berikutnya adalah regulasi teknis dan keuangan untuk mendukung pengembangan kendaraan listrik termasuk stimulus yang diberikan bagi produsen dan konsumen serta pengolahan limbah baterai dan sistem recycle.

Selanjutnya: Ini alasan Lexus luncurkan kendaraan full-listrik lewat Lexus UX300e

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×