kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Lion Air ingin perbaiki ketepatan waktu terbang


Sabtu, 09 Februari 2013 / 08:38 WIB
Lion Air ingin perbaiki ketepatan waktu terbang
ILUSTRASI. Satgas Singapura mengatakan, banyak orang di Singapura yang pada akhirnya akan tertular COVID-19.


Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Meski punya banyak pesawat, Lion Air belum berhasil menjadi jawara untuk ketepatan waktu terbang atau on time performance (OTP). Pada 2012. Jawara OTP digenggam oleh Garuda Indonesia Tbk. Sedangkan anak usaha Lion, Wings Air, duduk di posisi runner up, sementara Sriwijaya Air ditempat ketiga.

Itulah sebabnya, operator Lion, PT Lion Mentari Airlines, bertekad terus memperbaiki tingkat OTP. Duduk Pada 2012, Lion mencatatkan OTP 73,95%.

Kementerian Perhubungan (Kemhub) mencatat, dari enam maskapai yang memiliki pangsa pasar (market share) tertinggi di Indonesia, OTP Lion
pada tahun lalu sejatinya meningkat dibandingkan 2011. Karena pada 2011, OTP  Lion 66,78% dan berada di peringkat enam (lihat tabel).  "Ini
menunjukkan Lion terus berupaya memperbaiki kualitas pelayanan," ujar Djoko Murjatmodjo, Direktur Angkutan Udara Kementerian Perhubungan,
Jumat (8/2).

Menanggapi hal ini, Direktur Umum Lion Mentari, Edward Sirait, mengungkapkan Lion terus memperbaiki kinerja, terutama di sisi OTP. "Angka tersebut menunjukkan kami memang sudah sesuai trek untuk memperbaiki layanan," ujar Edward kepada KONTAN.

Menurut Edward, salah satu upaya Lion Air meningkatkan kualitas OTP adalah dengan menambah jumlah pesawat yang kini sebanyak 84 unit. Dia
bilang, ada sekitar 40 faktor yang menyebabkan terjadinya delay dan berbeda-beda kondisinya di tiap bandara. "Di beberapa bandara utama di Indonesia, trafik padat pesawat menjadi penyebabnya," ujar Edward.

Kemhub mencatat, penyebab keterlambatan penerbangan didominasi faktor cuaca buruk sebesar 39%, faktor non-teknis operasional 32,44%, dan
sisanya faktor teknis operasional.

Adapun yang tergolong faktor non-teknis operasional adalah keterlambatan awak kabin karena transportasi, keterlambatan dari bandara asal, over booking, connecting flight crew, dan menunggu dokumen penerbangan (airline performance).

Sedangkan penyebab keterlambatan lainnya adalah faktor teknis operasional. Antara lain karena antrean pesawat untuk lepas landas (take
off), mendarat (landing) atau alokasi waktu keberangkatan (slot time) di bandara (airport performance).

Menurut Djoko, sebagai maskapai berpelayanan full service, Garuda Indonesia mencatatkan OTP paling tinggi selama tahun lalu yaitu 84,96%.
Setelah Garuda, Wings Air memiliki OTP cukup bagus yakni 80,77%. Padahal maskapai ini baru masuk kategori market share dalam negeri 3,32%. "Ini pencapaian bagus sebagai maskapai yang memiliki kategori pelayanan no frills atau penerbangan berbiaya rendah," ujar dia.

Soal pencapaian Wings Air, yang juga anak usaha Lion Mentari, Edward berkomentar, kesuksesan Wings Air lantaran tantangan yang dihadapi berbeda dengan Lion. Wings lebih fokus pada bandara-bandara kecil yang tak terlalu padat. "Faktor kedatangan pesawat baru juga mendukung kinerja OTP Wings," tegas Edward.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×